ETIOLOGY PLACENTA PREVIA
Penyebab secara pasti
belum diketahui dengan jelas. Menurut beberapa pendapat para ahli, penyebab
plasenta previa yaitu :
a. Menurut Manuaba (1998), plasenta previa merupakan implantasi
di segmen bawah rahim dapat disebabkan oleh endometrium di fundus uteri belum
siap menerima implantasi, endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasaan
plasenta untuk mampu memberikan nutrisi pada janin, dan vili korealis pada
chorion leave yang persisten.
b. Menurut Mansjoer (2001), etiologi plasenta previa belum
diketahui pasti tetapi meningkat pada grademultipara, primigravida tua, bekas
section sesarea, bekas operasi, kelainan janin dan leiomioma uteri.
KLASIFIKASI PLACENTA PREVIA
KOMPLIKASI
PLACENTA PREVIA :
a.
Komplikasi pada ibu, antara lain :
perdarahan tambahan saat operasi menembus plasenta dengan inersio di depan.,
infeksi karena anemia, robekan implantasi plasenta di bagian belakang segmen
bawah rahim, terjadinya ruptura uteri karena susunan jaringan rapuh dan sulit
diketahui.
b.
Komplikasi pada janin, antara lain :
prematuritas dengan morbiditas dan mortalitas tinggi, mudah infeksi karena
anemia disertai daya tahan rendah, asfiksia intrauterine sampai dengan
kematian.
Menurut Chalik (2002), ada tiga
komplikasi yang bisa terjadi pada ibu dan janin antara lain:
a.
Terbentuknya segmen bawah rahim secara
bertahap terjadilah pelepasan tapak plasenta dari insersi sehingga terjadi lah
perdarahan yang tidak dapat dicegah berulang kali, penderita anemia dan syok.
b.
Plasenta yang berimplantasi di segmen
bawah rahim tipis sehingga dengan mudah jaringan trpoblas infasi menerobos ke
dalam miometrium bahkan ke parametrium dan menjadi sebab dari kejadian placenta
akreta dan mungkin inkerta.
c.
Servik dan segmen bawah raim yangrapuh
dan kaya akan pembuluh darah sangat potensial untuk robek disertai oleh
perdarahan yang banyak menyebabkan mortalitas ibu dan perinatal.
SOLUSIO PLACENTA
KLASIFIKASI SOLUSIO PLACENTA
1)
Klasifikasi dari solusio plasenta adalah
sebagai berikut:
a. Solusio
plasenta parsialis : bila hanya sebagian saja plasenta terlepas dari tempat
perlengkatannya.
b. Solusio
plasenta totalis ( komplek ) : bila seluruh plasenta sudah terlepas dari tempat
perlengketannya.
c. Prolapsus
plasenta : kadang-kadang plasenta ini turun ke bawah dan dapat teraba pada
pemeriksaan dalam.
2)
Solusio plasenta di bagi menurut tingkat
gejala klinik yaitu :
a. Kelas
0 : asimptomatik
Diagnosis ditegakkan secara retrospektif
dengan menemukan hematoma atau daerah yang mengalami pendesakan pada plasenta.
Rupture sinus marginal juga dimasukkan dalam kategori ini.
b. Kelas
1 : gejala klinis ringan dan terdapat hampir 48 % kasus.
-
Solusio plasenta ringan yaitu : rupture
sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah
banyak,sama sekali tidak mempengaruhi keadaan ibu atau janinnya.
-
Gejala : perdarahan pervaginam yang
berwarna kehitam-hitaman dan sedikit sekali bahkan tidak ada,perut terasa agak
sakit terus-menerus agak tegang,tekanan darah dan denyut jantung maternal
normal,tidak ada koagulopati,dan tidak ditemukan tanda-tanda fetal distress.
c. Kelas
II : gejala klinik sedang dan terdapat hampir 27% kasus.
-
Solusio plasenta sedang dalam hal ini
plasenta telah lebih dari seperempatnya tetapi belum sampai dua pertiga luas
permukaannya.
-
Gejala : perdarahan pervaginan yang
berwarna kehitam-hitaman,perut mendadak sakit terus-menerus dan tidak lama
kemudian disusul dengan perdarahan pervaginam walaupun tampak sedikit tapi
kemungkinan lebih banyak perdarahan di dalam,didinding uterus teraba
terus-menerus dan nyeri tekan sehingga bagian bagian janin sulit diraba,apabila
janin masih hidup bunyi jantung sukar di dengar dengan stetoskop biasa harus
dengan stetoskop ultrasonic,terdapat fetal distress,dan hipofibrinogenemi (150
– 250 % mg/dl).
d. Kelas
III : gejala berat dan terdapat hampir 24% kasus.
-
Solusio plasenta berat,plasenta lebih
dari dua pertiga permukaannya,terjadinya sangat tiba-tiba biasanya ibu masuk
syok dan janinnya telah meninggal.
-
Gejala : ibu telah masuk dalam keadaan
syok,dan kemungkinan janin telah meninggal,uterus sangat tegang seperti papan
dan sangat nyeri,perdarahan pervaginam tampaknya tidak sesuai dengan keadaan
syok ibu,perdarahan pervaginam mungkin belum sempat terjadi besar kemungkinan
telah terjadi kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal,hipofibrinogenemi
(< 150 mg/dl)
3)
Berdasarkan ada atau tidaknya perdarahan
pervaginam
a. Solusio
plasenta ringan : Perdarahan pervaginam <100 -200 cc.
b. Solusio
plasenta sedang : Perdarahan pervaginam > 200 cc,hipersensitifitas uterus
atau peningkatan tonus,syok ringan,dapat terjadi fetal distress.
c. Solusio
plasenta berat : Perdarahan pervaginam luas > 500 ml,uterus tetanik,syok
maternal sampai kematian janin dan koagulopati.
4)
Berdasarkan ada atau tidaknya perdarahan
pervaginam
a. Solusio
plasenta yang nyata/tampak (revealed)
Terjadi perdarahan pervaginam,gejala
klinis sesuai dengan jumlah kehilangan darah,tidak terdapat ketegangan
uterus,atau hanya ringan.
b. Solusio
plasenta yang tersembunyi (concealed)
Tidak terdapat perdarahan
pervaginam,uterus tegang dan hipertonus,sering terjadi fetal distress berat.
Tipe ini sering di sebut perdarahan Retroplasental.
c. Solusio
plasenta tipe campuran (mixed)
Terjadi perdarahan baik retroplasental
atau pervaginam,uterus tetanik.
5)
Berdasarkan luasnya bagian plasenta yang
terlepas dari uterus
a. Solusio
plasenta ringan : Plasenta yang kurang dari ¼ bagian plasenta yang terlepas.
Perdarahan kurang dari 250 ml.
b. Solusio
plasenta sedang : Plasenta yang terlepas ¼ – ½ bagian. Perdarahan <1000
ml,uterus tegang,terdapat fetal distress akibat insufisiensi uteroplasenta.
c. Solusio
plasenta berat : Plasenta yang terlepas > ½ bagian,perdarahan >1000
ml,terdapat fetal distress sampai dengan kematian janin,syok maternal serta
koagulopati.
PATOFISIOLOGI SOLUSIO PLACENTA
1. Patofisiolgi
-
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh
darah plasenta atau uterus yang membentuk hematoma pada desidua,sehingga
plasenta terdesak dan akhirnya terlepas. Apabila perdarahan sedikit,hematoma
yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan plasenta,pedarahan darah antara
uterus dan plasenta belum terganggu,dan tanda serta gejala pun belum jelas.
Kejadian baru diketahui setelah plasenta lahir,yang pada pemeriksaan di
dapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah yang berwarna
kehitam-hitaman.
-
Biasanya perdarahan akan berlangsung
terus-menerus karena otot uterus yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak
mampu untuk lebih berkontraksi menghentikan perdarahannya. Akibatnya hematoma
retroplasenter akan bertambah besar,sehingga sebagian dan seluruh plasenta
lepas dari dinding uterus. Sebagian darah akan menyeludup di bawah selaput
ketuban keluar dari vagina atau menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong
ketuban atau mengadakan ektravasasi di antara serabut-serabut otot uterus.
-
Apabila ektravasasinya berlangsung
hebat,maka seluruh permukaan uterus akan berbercak biru atau ungu. Hal ini di
sebut uterus Couvelaire (Perut terasa sangat tegang dan nyeri). Akibat
kerusakan jaringan miometrium dan pembekuan retroplasenter,maka banyak
trombosit akan masuk ke dalam peredaran darah ibu,sehinga terjadi pembekuan
intravaskuler dimana-mana,yang akan menghabiskan sebagian besar persediaan
fibrinogen. Akibatnya terjadi hipofibrinogenemi yang menyebabkan gangguan
pembekuan darah tidak hanya di uterus tetapi juga pada alat-alat tubuh yang
lainnya.
-
Keadaan janin tergantung dari luasnya
plasenta yang terlepas dari dinding uterus. Apabila sebagian besar atau
seluruhnya terlepas,akan terjadi anoksia sehingga mengakibatkan kematian janin.
Apabila sebagian kecil yang terlepas,mungkin tidak berpengaruh sama sekali,atau
juga akan mengakibatkan gawat janin. Waktu sangat menentukan beratnyaa gangguan
pembekuan darah,kelainan ginjal,dan keadaan janin. Makin lama penanganan
solusio plasenta sampai persalinan selesai,umumnya makin hebat komplikasinya.
2.
Pada solusio plasenta,darah dari tempat
pelepasan akan mencari jalan keluar antara selaput janin dan dinding
rahim hingga akhirnya keluar dari serviks hingga terjadilah perdarahan
keluar atau perdarahan terbuka. Terkadang darah tidak keluar,tetapi
berkumpul di belakang plasenta membentuk hematom retroplasenta. Perdarahan
semacam ini disebut perdarahan ke dalam atau perdarahan tersembunyi.
Perdarahan keluar
|
Perdarahan tersembunyi
|
a.
Keadaan penderita jauh lebih jelek.
|
|
Solusio
plasenta dengan perdarahan tersembunyi menimbulkan tanda yang lebih khas karena
seluruh perdarahan tertahan di dalam dan menambah volume uterus. Umumnya lebih
berbahaya karena jumlah perdarahan yang keluar tidak sesuai dengan beratnya
syok. Perdarahan pada solusio plasenta terutama berasal dari ibu,namun dapat
juga berasal dari anak.
Penyulit terhadap ibu
|
Penyulit terhadap janin
|
|
DIAGNOSIS BANDING SOLUSIO PLASENTA DAN PLASENTA PREVIA
|
Solusio plasenta
|
Plasenta previa
|
1.Kejadian
2.Anamnesa
3.Kesadaran umum
4.Palpasi abdomen
5.Denyut jantung janin
6.pemeriksaan dalam
|
|
|
Terlepasnya plasenta sebelum waktunya
menyebabkan timbunan darah antara plasenta dan dinding uterus yang menimbulkan
gangguan penyulit terhadap ibu dan janin.
CARA MELAKUKAN DETEKSI TERHADAP KEMUNGKINAN SOLUSIO PLASENTA
1.
amannesis,yakni : ibu mengeluh terjadi perdarahan disertai sakit
yang tiba-tiba diperut untuk menentukan tempat terlepasnya plasenta. Perdarahan
pervaginam dengan berupa darah segar dan bekuan-bekuan darah. Pergerakan anak
mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti (tidak bergerak lagi).
Kepala pusing,lemas,pucat,pandangan berkunang-kunang,ibu kelihatan anemis tidak
sesuai dengan banyaknya darah yang keluar. Kadang0kadang ibu dapat menceritakan
trauma.
2.
inspeksi : pasien tampak gelisah,pasien terlihat pucat,sianosis
dan keringat dingin,terlihat darah keluar pervaginam.
3.
Pada saat palpasi : didapatkan hasil fundus uteri teraba naik
karena terbentukmya retroplasenta hematoma,uterus tidak sesuai dengan
kehamilan: uterus teraba tegang dank eras seperti papan disebut uterus in bois
(wooden uterus baik waktu his maupun di luar his),nyeri tekan terutama ditempat
plasenta,bagian-bagian janin sudah dikenali,karena perut (uterus) tegang.
4.
Auskultasi sulit,karena uterus tegang. Bila denyut jantung janin
terdengar biasanya di atas 140 x/menit,kemudian turun dibawah 100 x/menit dan
akhirnya hilang biila plasenta yang terlepas dari sepertiganya.
5.
Pada pemeriksaan dalam teraba servik biasanya lebih terbuka atau
masih tertutup. Kalau servik sudah terbuka maka ketuban dapat teraba menonjol
dan tegang,baik sewaktu his maupun diluar his,kalu ketuban sudah pecah dan
plasenta sudah terlepas seluruhnya,plasenta ini akan turun ke bawah dan
pemeriksaan disebut prolapsus plasenta.
6.
Hasil pemeriksaan umum : tekanan darah semula mungkin tinggi
karena pasien sebelumnya menderita penyakit vaskuler,tetapi lambat laun turun
dan pasien jatuh syok,nadi cepat dan kecil filiformis.
7.
Pemeriksaan laboratorium : urin : protein (+) dan reduksi
(-),albumin (+) pada pemeriksaan sedimen terdapat silinder dan lekosit. Darah :
hemoglobin (Hb) anemi, pemeiksaan golongan darah,kalau bisa cross match
tets.
8.
Pemeriksaan plasenta sesudah bayi dan plaseta lahir,maka kita
harus memeriksa plasentanya. Biasanya plasenta tampak tipis dan cekung dibagian
plasenta yang terlepas (krater) dan terdapat koagulan atau darah dibelakang
plasenta yang disebut hematoma retroplasenter.
PENATALAKSANAAN
Tujuan utama pelaksanaan ibu dengan solusio plasenta,pada
prinsipnya adalah anak :
a. Mencegah kematian ibu
b. Menghentikan sumber
perdarahan
c. Jika janin masih
hidup,mempertahankan dan mengusahakan janin lahir hidup
Prinsip utama penatalaksanaannya antara lain :
a. Pasien (ibu) dirawat
dirumah sakit,istirahat baring dan mengukur keseimbangan cairan
b.
Optimalisasi keadaan umum pasien (ibu),dengan perbaikan:
memberikan infuse dan transfuse darah segar
c.
Pemeriksaan laboratorium : hemoglobin,hematokrit,COT(Clot
Observation Test/test pembekuan darah),kadar fibrinogen plasma,urine
lengkap,fungsi ginjal
d.
Pasien (ibu) gelisah diberikan obat analgetika
e.
Terminasi kehamilan : persalina segera,pervaginam atau section
sesarea. Yang tujuannya adalah untuk menyelamatkan nyawa janin dan dengan lahirnya
plasenta,berjutuan agar dapat menghentikan perdarahan.
f.
Bila terjadi gangguan pembekuan darah (COT >30 menit)
diberikan darah segar dalam jumlah besar dan bila perlu fibrinogen dengan
monitoring berkala pemeriksaan COT dan hemoglobin
g. Untuk mengurangi tekanan
intrauterine yang dapt menyebabkan nekrosis ginjal (reflek utero ginjal)
selaput ketuban segera dipecahkan
Yang perlu diketahui oleh semua bidan yaitu penanganan di tempat
pelayanan kesehatan tingkat dasar ialah mengatasi syok/pre-syok dan mempersiapkan
rujukan sebaik-baiknya dan secepat-cepatnya. Mengingat komplikasi yang dapt
terjadi yaitu perdarahan banyak dan syok berat hingga kematian,atonia
uteri,kelainan pembekuan darah dan oliguria. Maka sikap paling utama dari bidan
dalam menghadapi solusio plasenta adalah segera melakukan rujukan ke rumah
sakit.
RUJUKAN
Dalam melakukan rujukan,bidan dapat memberikan pertolongan
darurat dengan :
a. Memasang infus
b.
Tampa melakukan pemeriksaan dalam
c.
Menyertakan petugas dalam merujuk pasien
d.
Mempersiapkan donor darah dari keluarga/masyarakat
e. Mentyertakan
keterangan tentang apa yang telah dilakukan dalm pemberian pertolongan pertama.
Section caesaria : indikasi section saesaria dapat dilihat dari
sisi ibu dan /atau anak. Tindakan section caesaria dipilih bila persalinan
diperkirakan tidak akan berakhir dalam waktu singkat (dengan dilatasi 3-4 cm
kejadian solusio plasenta pada nulipara).
PENATALAKSANAAN ASUHAN IBU DI KAMAR BERSALIN
Bidan yang bertugas dikamar bersalin rumah sakit/rumah bersalin
dalam menghadapi pasien (ibu) dengan solusio plasenta,dapat melakukan
tindakan-tindakan sebagai berikut :
1. Abservasi keadaan umum
ibu sebelum partus/persalina :
a.
Ukur tekanan darah,nadi,pernapasan setiap ¼ jam sekali
b.
Pemberian oksigen sesuai kebutuhan
c.
Mengukur banyaknya perdarahan yang keluar,periksa hemoglobin
d.
Pasang infuse sesuai dengan keadaan umum ibu
e.
Penyediaan darah secepatnya sebaiknya darah segar dengan jumlah
yang telah diperhitungkan dengan perkiraan kehilangan darah
f.
Minta izin operasi
g.
Dilakukan pemeriksaan terst pembekuan darah (COT:Clot
Observation Test)
2.
Observasi keadaan umum ibu sesudah partus/persalinan,yang
bertujuan untuk :
a.
Mencegah agar tidak terjadi perdarahan pasca persalinan
(Hemorhagi postpartum/HPP) dengan :
-
Memasang folley kateter (kolaborasi)
-
Memasang gurita untuk penekanan pada fundus uteri
3. Mencegah infeksi
PENGELOLAAN
Setiap pasien yang dicurigai solusio plasenta
harus dirawat di rumah sakit kerena memerlukan monitoring yang lengkap baik
dalam kehamilan maupun persalinan. Pengelolaan pada solusio plasenta adalah
sebagai berikut :
1.
Solusi plasenta ringan :
A. Tidak terdapat
renjatan : usia gestasi kurang dari 36 minggu atau taksiran berat fetus kurang
dari 2500 gr :
a) Solusio plasenta
ringan dilakukan pengelolaan secara
b) Ekspektatif meliputi
tirah baring
-
Sedative
-
Mengatasi anemia
-
Monitoring keadaan janin dengan kardiotokografi dan USG
-
Serta menunggu persalinan spontan
B. Aktif dengan
mengakhiri kehamilan spontan :
-
Keadaan memburuk
-
Perdarahan berlangsung terus
-
Kontraksi uterus berlangsung
-
Dapat mengancam ibu atau janin
-
Partus pervaginam (aminotomioksitosin infuse)
-
Seksio sesarea bila pelvic skor <5 atau persalinan >6 jam
2.
Solusio plasenta Sedang/berat
a.
Resusitasi cairan
b. Atasi anemi (transfuse
darahpartus pervaginam : bila diperkirakan partus dapat berlangsung dalam 6 jam
(amonotomi dan oksitosin)
c. Partus perabdominal :
bila partus pervaginam diperkirakan tidak dapat berlangsung dalam 6 jam
d. Tidak terdapat
renjatan : usia gestasi 37 minggu atau lebih/taksiran berat fetus 2500 gr
3.
Solusio plasenta
Solusio plasenta ringan/sedang/berat
: partus perabdominal bila persalinan pervaginam diperkirakan berlangsung lama
A. Terdapat renjatan :
Atasi renjatan,resusitasi caiarn dan transfuse darah.
-
Bila ada renjatan tidak teratasi,upayakan tindakan penyelamatan
yang optimal.
-
Bila renjatan tidak dapat teratasi pertimbangkan untuk paartus
perabdominal bila janin masih hidup atau bila persalinan diperkirakan
berlangsung lama.
TERAPI SPESIFIK
1.
Terhadap komplikasi
a.
Atasi syok
-
Infuse larutan NS/RL untuk restorasi cairan,berikan 500ml dalam
15 menitpertama dan 2 L dalam 2 jam pertama. ( lihat cara mengatasi syok)
-
Berikan transfuse dengan darah segar untuk memperbaiki factor
pembekuan akibat koagulopati.
2.
Tatalaksana oliguria atau nekrosis tubuler akut
-
Tindakan restorasi cairan,dapat memperbaiki hemodinamika dan
mempertahankan fungsi ekskresi sistema urinaria. Tetepi apabila syok terjadi
secara cepat dan telah berlangsung lama (sebelum dirawat) umumnya akan terjadi
gangguan fungsi ginjal yang ditandai dengan oliguria (produksi urin < 30
ml/jam). Pada kondisi yang lebih berat dapat terjadi anuria yang mengarah pada
nekrosis tubulus renalis.
-
Setelah restorasi cairan,lakukan tindakan untuk mengatasi
gangguan tersebut dengan :
a.
Furosemina 40 mg dalam 11kristloid dengan 40-60 tetesan per
menit.
- Bila belum berhasil,gunakan manitol 500 ml dengan 40 tetesan permenit.
3.
Atasi hipofibrinogenemia
Restorasi cairan/darah
sesegera mungkin dapat menghindarkan terjadinya koagulopati.
a)
Lakukan uji beku darah (bedside coagulation test) untuk
menilai fungsi pembekuan darah (penilaian tak langsung kadar ambang fibrinogen
).Caranya sebagai berikut :
-
Ambil darah vena 2 ml,masukkan dalam tabung kemudian di
observasi,
-
Genggam bagian tabung yang berisi darah,
-
Setelah 4 menit,miringkan tabung untuk melihat lapisan koagulasi
di permukaan,
-
Lakukan hal yang sama setiap menit,
-
Bila bagian permukaan tidak membeku dalam waktu 7 menit, maka
diperkirakan titer fibrinogen di anggap di bawah nilai normal ( kritis ),
-
Bila terjadi pembekuan tipis yang mudah robek bila tabung
dimiringkan,keadaan ini juga menunjukkan kadar fibrinogen di bawah ambang
normal,
b)
Bila darah segar tidak dapat segera diberikan,berikan plasma
beku segar (15 ml/kgBB).
c)
Bila plasma beku segar tidak tersedia,berikan kriopresipitat
fibrinogen.
d)
Pemberian fibrinogen,dapat memperberat terjadinya koagulasi
diseminata intravaskuler yang berlanjut dengan pengendapan fibrin,pembendungan
mikrosirkulasidi dalam organ-organ vital,seperti ginjal,glandula
adrenalis,hipofisis dan otak.
e)
Bila perdarahan masih berlangsung (koagulopati) dan trombosit di
bawah 20.000,berikan konsentrat trombosit.
4.
Atasi anemia
- Darah segar merupakan bahaan terpilih untuk mengatasi anemia karena disamping mengandung butir-butir darah merah,juga mengandung unsure pembekuan darah.
- Bila restorasi cairan telah tercapai dengan baik tetapi pasien masih dalam kondisi anemia berat,berikan packed cell.
5.
Tindakan obstetric
Persalinan di harapkan dapat terjadi dalam 3
jam,umumnya dapat pervaginam.
Seksio sesarea
a.
Seksio sesarea dapat dilakukan apabia :
1.
Janin hidup dan pembukaan belum lengkap,
2.
Janin hidup,gawat janin tetapi persalinan pervaginam tidak dapat
dilaksanakan dengan segera,
3.
Janin mati tetapi kondisi servik tidak memungkinkan persalinan
pervaginam dapat berlangsung dalam waktu yang singkat.
)
DEFINISI VASA PREVIA
Vasa praevia adalah komplikasi obstetrik
dimana pembuluh darah janin melintasi atau berada di dekat ostium uteri
internum (cervical os) . Pembuluh darah tersebut berada didalam selaput ketuban
( tidak terlindung dengan talipusat atau jaringan plasenta) sehingga akan pecah
bila selaput ketuban pecah.
ETIOLOGY/PATOFISIOLOGI
Vasa previa terjadi bila pembuluh darah janin
melintasi selaput ketuban yang berada di depan ostium uteri internum. Pembuluh
darah tersebut dapat berasal dari insersio velamentosa dari talipusat atau
bagian dari lobus suksenteriata (lobus aksesorius). Bila pembuluh darah
tersebut pecah maka akan terjadi robekan pembuluh darah sehingga terjadi
eksanguisasi dan kematian janin.
FAKTOR RESIKO
Vasa previa lebih sering terlihat pada insersio
velamentosa atau lobus aksesorius dan kehamilan kembar.
DIAGNOSIS VASA PREVIA
- Jarang terdiagnosa sebelum persalinan namun dapat diduga bila usg antenatal dengan Coolor Doppler memperlihatkan adanya pembuluh darah pada selaput ketuban didepan ostium uteri internum.
- Tes Apt : uji pelarutan basa hemoglobin. Diteteskan 2 – 3 tetes larutan basa kedalam 1 mL darah. Eritrosit janin tahan terhadap pecah sehingga campuran akan tetap berwarna merah. Jika darah tersebut berasal dari ibu, eritrosit akan segera pecah dan campuran berubah warna menjadi coklat.
- Diagnosa dipastikan pasca salin dengan pemeriksaan selaput ketuban dan plasenta
- Seringkali janin sudah meninggal saat diagnosa ditegakkan mengingat bahwa sedikit perdarahan yang terjadi sudah berdampak fatal bagi janin
Casino near me - MapyRO
BalasHapusCasino at 익산 출장마사지 Bow and Arrow 충주 출장마사지 Dr Casino at Bow and Arrow Dr. 777 Bow & 제천 출장안마 Arrow Dr. 777 Arrow Dr. 777 Arrow Dr. 울산광역 출장샵 777 Casino 대구광역 출장안마 Lake Tahoe NV