FORMAT LAPORAN RESMI PRATIKUM FARMAKOLOGI
Resep no
:V
Bentuk sediaan: SUSPENSI
A. Dasar Teori
1. pengertian
a. Suspensi
adalah sediaaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak
larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus,
tidak boleh cepat mengendap, dan bila dikocok perlahan endapan harus segera
terdispersi kembali. Dapat ditambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas
tetapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah dikocok dan dituang.
b. Farmakope Indonesia IV Th. 1995, hal 17
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung
partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.
c. Farmakope
Indonesia III, Th. 1979, hal 32
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat
padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa.
d. Fornas
Edisi 2 Th. 1978 hal 333
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat
padat, tidak melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa, atau
sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk halus, dengan atau tanpa
zat tambahan, yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang
ditetapkan. Yang pertama berupa suspensi
jadi, sedangkan yang kedua berupa serbuk untuk suspensi yang harus
disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan.
2.Macam-macam suspensi
Suspensi
berdasarkan kegunaanya menurut USP
XXVII, 2004, hal 2587
S
a.suspensi oral : sediaan
cair yang menggunakan partikel-partikel
padat terdispersi dalam suatu pembawa cair dengan flavouring agent yang cocok
yang dimaksudkan untuk pemberian oral.
b. Suspensi topikal :
sediaan cair yang mengandung partikel-partikel padat yang terdispersi dalam
suatu pembawa cair yang dimaksudkan untuk pemakaian pada kulit.
c. Suspensi otic : sediaan cair yang mengandung
partikel-partikel mikro dengan maksud ditanamkan di luar telinga.
d.Suspensi optalmik
Yaitu sediaan cair yang steril yang mengandung
partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada
mata.
3.Berdasarkan Sifat
sediaan obat suspensi (Diktat
kuliah Likuida dan Semisolida, hal 102-104)
a.Suspensi Deflokulasi
- Partikel yang terdispersi merupakan unit
tersendiri dan apabila kecepatan sedimentasi bergantung daripada ukuran
partikel tiap unit, maka kecepatannya akan lambat.
- Gaya tolak-menolak di antara 2 partikel
menyebabkan masing-masing partikel menyelip diantara sesamanya pada waktu
mengendap.
- Supernatan sistem deflokulasi keruh dan setelah pengocokan
kecepatan sedimentasi partikel yang halus sangat lambat.
- Keunggulannya : sistem deflokulasi akan
menampilkan dosis yang relatif homogen pada waktu yang lama karena kecepatan
sedimentasinya yang lambat.
- Kekurangannya : apabila sudah terjadi endapan
sukar sekali diredispersi karena terbentuk masa yang kompak.
- Sistem deflokulasi dengan viskositas tinggi akan
mencegah sedimentasi tetapi tidak dapat dipastikan apakah sistem akan tetap
homogen pada waktu paronya.
b. Suspensi Flokulasi
- Partikel sistem flokulasi berbentuk agregat yang
dapat mempercepat terjadinya sedimentasi. Hal ini disebabkan karena setiap unit
partikel dibentuk oleh kelompok partikel sehingga ukurang agregat relatif
besar.
- Cairan supernatan pada sistem deflokulasi cepat
sekali bening yang disebabkan flokul-flokul yang terbentuk cepat sekali
mengendap dengan ukuran yang bermacam-macam.
- Keunggulannya :sedimen pada tahap akhir
penyimpanan akan tetap besar dan mudah diredispersi.
- Kekurangannya : dosis tidak akurat dan produk tidak
elegan karena kecepatan sedimentasinya tinggi.
- Flokulasi dapat dikendalikan dengan :
a.
Kombinasi ukuran partikel
b.
Penggunaan elektrolit untuk kontrol potensial zeta.
c.
Penambahan polimer mempengaruhi hubungan/ struktur partike
4.Sarat Sediaan Obat Suspensi
a. FI IV, 1995, hal 18
1. Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara iv dan
intratekal
2. Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan dengan
cara tertentu harus mengandung zat antimikroba.
3. Suspensi harus dikocok sebelum digunakan
4. Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup
rapat.
b. FI III,
1979, hal 32
1. Zat
terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap
2. Jika dikocok, harus segera terdispersi kembali
3. Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin
stabilitas suspensi
4. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi
agar sediaan mudah dikocok dan dituang.
5. Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa
sehingga ukuran partikel dari suspensoid tetap agak konstan untuk yang lama
pada penyimpanan.(Ansel, 356
c. Fornas
Edisi 2, 1978, hal 333
Pada pembuatan suspensi, untuk mencegah pertumbuhan
cendawan, ragi dan jasad renik lainnya, dapat ditambahkan zat pengawet yang
cocok terutama untuk suspensi yang akan diwadahkan dalam wadah satuan ganda
atau wadah dosis ganda.
5.Keuntungan dan Kekurangan Sediaan (RPS ed. 18, vol 3, 1538-1539)
a. keuntungan atau kelebihan
:
1.Baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima
tablet / kapsul, terutama anak-anak.
2.Homogenitas tinggi
3.Lebih mudah diabsorpsi daripada tablet / kapsul
(karena luas permukaan kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat).
4.Dapat menutupi rasa tidak enak / pahit obat (dari
larut / tidaknya)
5.Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil
dalam air.
b. kekurangan
atau kerugian
1.Kestabilan rendah (pertumbuhan kristal jika jenuh,
degradasi, dll)
2.Jika membentuk “cacking” akan sulit terdispersi
kembali sehingga homogenitasnya turun.
3.Alirannya menyebabkan sukar dituang
4.Ketepatan dosis lebih rendah daripada bentuk
sediaan larutan
5.Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi
perubahan sistem dispersi (cacking, flokulasi-deflokulasi) terutama jika
terjadi fluktuasi / perubahan temperatur.
6.Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu
untuk memperoleh dosis yang diinginkan.
B .RESEP
1. Resep Obat
R/ Cotrimoxazol
tab 5
Gumi Arabic
500 mg
Aquadest 100 ml
m.f.susp F1.1
s. b .d.b. Cth 1
pro: Andi ( 5 tahun)
2. Khasiat Obat
a. cotrimoxazol
obat cotrimoxazol berkasiat untukInfeksi saluran
kemih dan kelamin yang disebabkan oleh E. coli.
Otitis media akut yang disebabkan Streptococcus
pneumonia.
Infeksi saluran pernafasan bagian atas dan
bronchitis kronis yang disebabkan Streptococcus pneumonia
Enteritis yang disebabkan Shigella flexneriPneumonia
yang disebabkan Pneumocystis carinii.
Diare yang disebabkan oleh E. coli.
b. gummi Arabic
gumi Arabic
berkasiat untuk melarutkan obat didalam
air supaya menjadi homogen, yang akan dipakai dalam sediaan suspensi dalam
pratikum ini kita menggunakan obat contrimoxazol.
c. Aquadest
Aquadest berkhasiat untuk pelarut bahan sedian
suspensi.
3. Perhitungan Dosis Sekali Maupun Sehari.
Dalam 1 tab contrimoxazol mengandung
sulfamethoaxzole 400mg, trimetropin 80 mg.
jadi total nya 480mg.
Contrimoxazole 480mg X 5 tab=2400mg= 2.4 g
Gummi Arabic 500 mg= 0.5 g
Aquadest 100ml= 100g,
1 sendok teh = 5 ml syr atau suspn= 0,005
Jadi: 2.4 g+ 0.5g+100g=102.9
Jadi dalam
satu sendok teh suspensi mengandung 102.9: 0,005= 20,58 g.
Jadi dosis sediaan obat suspensi dalam 1x minum yang diberikan kepada an. Andi yaitu: Setiap
102.9 : 0,005 = 20,58g.
Dosis yang dibutuhkan dalam sehari oleh an. Andi
yaitu: andi meminum obaat sebanyak 3x/ hr, setiap satu kali minum 1 sendok teh.
Jadi :
20,58g X 3= 61,74 g dalam sehari..
4. Cara Kerja Pembuatan Sedian Obat Suspensi
a. ALAT
1. Botol
dikalibrasi 100 ml.
2. Gelas ukur
3 . Kertas
perkamen
4. Lap
halus
5. Lumpang
dan alu
6. Pipet
tetes
7. Sendok tanduk
8 Timbangan kasar
B. BAHAN
1.
Aquadest 100 ml
2. CONTRIMOXAZOL 5 tab
3. Gummi Arabic 500 mg
C. Langkah kerja .
1) Ambil
cotrimoxazol sebanyak 5 tablet, gerus sampai halus dalam mortir. Kemudian
letakan di kertas perkamen dahulu.
2) timbang
gummi Arabicum sebanyak 500mg, kemudan digerus sambl diberi tambahan aquadest
secukupnya, aduk sampai homogen.
3) campur
kotrimoxazol dengan cairan gummi, aduk sampe homogen, tambahkan sisa aquades
sedikit demi sedikit sampai habis.
4) kemudian masukkan dalam botol dikalibrasi 100 ml sampai habis
5) Dan
Diberi etiket putih dan pada label
diberi keterangan “kocok dahulu”.
5. Etiket Obat Bewarna putih
Laboratorium UNIYO
Yogyakarta
No: 3 tgl: 04 – 06- 15
Nama : An. Andi
3x sehari 1 sendok teh,
Dikocok terlebih dahulu.
Ttd
Nila Krisnayanti
C. PEMBAHASAN SUSPENSI
A. CONTRIMOXAZOL
1.Uraian bahan obat contrimoxazol
a.sulfametoksazol
a. Sinonim
: sulfamethoxazolum (Anonim, 1979)
b.Nama & Struktur Kimia:
4-amino-N-(5-methylisoxazol-3-yl)-benzenesulfonamide,
5-(3,4,5-trimethoxybenzyl)pyrimidine-2,4-diamine,C10H11N3O3S, C14H18N4O3
c.
Khasiat : anti bakteri
d.
Pemerian : serbuk hablur putih;
sampai hampir putih; praktis tidak berbau
e.
Dosis : DLA = 1x : -
1 hr : 50 mg/kg (Anonim, 1979)
DLD = 1x : dosis awal = 2 g (Anonim, 1979)
dosis pemeliharaan = 1 g(2-3 kali 1hr)
b. Trimetoprim
a.
Sinonim : trimethoprimum
(Anonim, 1979)
b.
Khasiat : anti bakteri
c.
Pemerian : serbuk hablur putih;
tidak berbau; rasa sangat pahit
Cotrimoxazole adalah bakterisid yang merupakan
kombinasi sulfametoksazol dan trimetoprim dengan perbandingan 5 : 1. Kombinasi
tersebut mempunyai aktivitas bakterisid yang besar karena menghambat pada dua
tahap biosintesa asam nukleat dan protein yang sangat esensial untuk
mikroorganisme. Cotrimoxazole mempunyai spektrum aktivitas luas dan efektif
terhadap bakteri gram-positif dan gram-negatif, misalnya Streptococci,
Staphylococci, Pneumococci, Neisseria, Bordetella. Klebsiella, Shigella dan
Vibrio cholerae. Cotrimoxazole juga efektif terhadap bakteri yang resisten
terhadap antibakteri lain seperti H. influenzae, E. coli. P. mirabilis, P.
vulgaris dan berbagai strain Staphylococcus.
Komposisi:
Tiap tablet mengandung 80 mg trimetoprim dan 400 mg
sulfametoksazol.
Indikasi:
Infeksi saluran kemih dan kelamin yang disebabkan
oleh E. coli. Klebsiella sp, Enterobacter sp, Morganella morganii, Proteus
mirabilis, Proteus vulgaris.
Otitis media akut yang disebabkan Streptococcus
pneumoniae, Haemophilus influenzae.
Infeksi saluran pernafasan bagian atas dan
bronchitis kronis yang disebabkan Streptococcus pneumoniae, Haemophilus
influenzae.
Enteritis yang disebabkan Shigella flexneri,
Shigella sonnei.
Pneumonia yang disebabkan Pneumocystis carinii.
Diare yang disebabkan oleh E. coli.
PERINGATAN DAN PERHATIAN :
- Saat
menggunakan obat ini agar minum air yang banyak untuk mencegah kristaluria.
- Penderita
dengan kegagalan fungsi ginjal, dosis harus dikurangi. Pemberiannya harus
dijarangkan untuk menghindari efek kumulatif dalam darah.
- Pada
pengobatan jangka panjang, dianjurkan pemeriksaan darah yang teratur dan
berkala, karena ada kemungkinan terjadi diskrasia darah.
- Tidak
mengobati faringitis yang disebabkan oleh b hemolitik streptococcus grup A.
- Hentikan
penggunaan Co-trimoxazole bila sejak awal penggunaan ditemukan ruam kulit atau
tanda-tanda efek samping lain yang serius.
EFEK SAMPING :
- Mual,
muntah, ruam kulit.
- Leukopenia,
trombositopenia, agranulositosis, anemia aplastik, diskrasia darah.
- Pada
penggunaan jangka panjang pernah dilaporkan adanya megaloblastik anemia dan hal
ini dapat ditolerir dengan pengobatan Asam folinat.
- Walaupun
sifatnya jarang dapat terjadi reaksi hipersensitivitas yang fatal pada kulit
atau darah seperti sindrom Steven Johnson, toxic epidermal, necrosis fulminant,
hepatic necrosis dan diskrasia darah lainnya.
KONTRA INDIKASI :
- Penderita
yang diketahui sensitif terhadap golongan Sulfonamid atau Trimethoprim.
- Bayi
berumur kurang dari 2 bulan
- Penderita
anemia megaloblastik yang terjadi karena kekurangan folat.
- Wanita
hamil dan menyusui, karena Sulfonamida melewati plasenta dan dieksresikan pada
susu dan dapat menyebabkan kernicterus.
INTERAKSI OBAT :
- Co-trimoxazole
dapat menambah efek dari antikoagulan dan memperpanjang waktu paruh Fenitoin
juga dapat mempengaruhi besarnya dosis obat-obat hipoglikemia.
- Pernah
dilaporkan adanya megaloblastik anemia apabila Co-trimoxazole diberikan
bersama-sama dengan obat yang dapat menghambat pembentukan folat misalnya
Pirimetamin.
- Pemberian
bersama dengan diuretik terutama Tiazid dapat meningkatkan kemungkinan
terjadinya trobositopenia.
CARA PENYIMPANAN :
Simpan pada suhu kamar (25-30oC) dalam wadah tertutup rapat dan hindarkan dari
cahaya matahari.
Dosis:
6 minggu – 6 bulan:
120 mg, 2 kali sehari.
6 bulan – 6 tahun:
240 mg, 2 kali sehari.
6 – 12 tahun:
480 mg, 2 kali sehari.
Dewasa dan anak diatas 12 tahun:
960 mg, 2 kali sehari.
Untuk pengobatan jangka panjang : 2 x sehari 1
kaplet atau ½ kaplet forte.
Infeksi berat : 2 x sehari 3 kaplet atau 1 ½ kaplet
forte.
Untuk gonorea tidak terkomplikasi : 2 x sehari 4
kaplet atau 2 kaplet forte selama 2 hari.
Untuk pengobatan Shigellosis selama 5 hari.
Untuk penderita gangguan fungsi ginjal dosis sebagai
berikut :
Creatinine Clearance
Dosis
> 30 ml/menit
10 – 30 ml/menit
<15 ml/menit
Dosis lazim
½ Dosis lazim
Pemberian tidak dianjurkan
B. AQUDEST
Aquadest berfungsi
untuk pelarut bahan sedian obat
suspensi dan sebagai volume tambahan.
nama
nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama
nama sinonim : Air suling,
Air murni
Rum
rumus molekul : H2O
Pemp
pemberian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau;
tidak mempunyai rasa
Penyi
penyimpanan : Dalam wadah
tertutup baik
Kha khasiat: untuk pelarut
C. Gummi Arabicum
gumi Arabic berkasiat untuk melarutkan obat didalam air supaya menjadi homogen, yang akan
dipakai dalam sediaan suspensi dalam pratikum ini kita menggunakan obat
contrimoxazol.
1. Uraian bahan gummi arabicum
a.Warna :
putih
- Rasa
: Rasa tawar seperti lendir
- Bau
: Hampir tidak berbau
- Bentuk
: Butir, bentuk bulat (bulat telur)
b. Kelarutan :
-
mudah larut dalam air
-
Menghasilkan larutan yang kental dan tembus cahaya
-
Praktis tidak larut dalam etanol (95%)
c. Ukuran partikel : Penampang 0,5 cm sampai 6 cm
d. Stabilitas
:
-
lebih mudah terurai dengan adanya udara dari luar
-
mudah terurai oleh bakteri dan reaksi enzimatik
-
mudah teroksidasi
e . Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan
amidopyrin, apomorfin, aerosol, etanol 95 %, garam ferri, morfin, tanin, timol,
banyak kandungan garam menurunnya viskositas.
f. Sumber : -
Farmakope Indonesia III hal.297
- Handbook of
pharmaceutical Excipient hal.2
D. PROBLEMA
RESEP
I. Bentuk Sediaan Obat, Dan Bahan Tambahan Yang Diperlukan
Dalam pratikum ini
kita membuat Bentuk sediaan obat yaitu suspensi, pengertian suspensi
sendiri adalah sediaaan yang mengandung
bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan
pembawa. Zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh cepat mengendap, dan
bila dikocok perlahan endapan harus segera terdispersi kembali
Bahan utama obat yang digunakan yaitu contrimoxazol
sebanyak 5 tablet, dimana obat
cotrimoxazol berkasiat untukInfeksi saluran kemih dan kelamin Infeksi saluran
pernafasan bagian atas, bronchitis
kronis, Enteritis dan Diare.
Selain itu dalam pratikum pembutaan sediaan obat
suspensi juga memerlukan bahan tambahan yaitu berupa:
a. gummi Arabic:
gumi Arabic berfungsi untuk melarutkan obat didalam air supaya menjadi homogen, yang akan
dipakai dalam sediaan suspensi dalam pratikum ini kita menggunakan obat
contrimoxazol.
b. Aquadest
Aquadest berfungsi
untuk pelarut bahan sedian suspensi dann penambahan volume.
2. Cara Penggunaan Obat Oleh Pasien
Dalam pratikum pembuatan sediaan obat suspensi, cara
penggunaan obat yang ditujukan kepada
pasien dengan atas Nama: Andi, yang berusia lima tahun yaitu larutan oral.
Larutan oral adalah sediaan cair yang dimaksudkan
untuk pemberian oral, yang mengandung satu atau lebih bahan aktif terapetik
yang larut dalam air, atau air- cosolven.
An. Andi dianjurkan untuk minum obat (dalam sediaan
suspensi) dalam setiap kali minum 1 sendok teh. Dan dalam sehari andi harus
meminum sebanyak 3x. obat ini diminum sesudah makan. Dan harus dikocok terlebih
dahulu sebelum diminum.
3. Etiket Yang Digunakan
Dalam pratikum pembuataan sediaan obat suspensi ,
etiket obat yang digunakan adalah bewarna putih, karena bentuk sediaan obat suspensi ini cara
pemakaianya ”oral” yaitu dengan cara diminum melalui mulut,.
. Etiket Obat Bewarna putih
Laboratorium UNRIYO
Yogyakarta
No: 3 tgl: 04 – 06- 15
Nama : An. Andi
3x sehari 1 sendok teh,
Dikocok terlebih dahulu.
Ttd
Nila
krisnayanti
E. Permasalahan
1.Tujuan pengobatan
Dalam pratikum ini
tujuan pengobatan yang ditujukan kepada pasien yaitu menggunakan bentuk
sediaan obat yang berbentuk suspensi,
yang cara pemakainya secara oral, yang menjadi dasar pertimbangan untuk dibuat
sediaan suspensi karena pasienya masih berusia 5 tahun, Dimana biasanya anak
dengan usia itu, masih susah untuk minum obat. Dan manfaat sediaan obat suspensi sendiri yaitu:
1 Baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima
tablet/ kapsul, terutama anak-anak.
2. Homogenitas tinggi
3. Lebih mudah diabsorpsi daripada
tablet/kapsul karena luas permukaan
4. kontak antara zat aktif dan saluran
cerna meningkat
5. Dapat menutupi rasa tidak enak/pahit
obat (dari larut/tidaknya)
6. Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak
stabil dalam air
Bahan utama bentuk sediaan suspensi yaitu
contrimoxazol, dimana tujuan pengobatanya sendiri untuk:
- Infeksi traktus urinarius seperti
pielonefritis, pielitis dan prostatitis akut dan kronis yang disebabkan oleh
kuman yang sensitif, seperti E.coli, Klebsiella, Enterobacter dan Proteus
mirabilis.
- Infeksi
traktus gastrointestinalis, terutama yang disebakan oleh kuman Salmonella dan
Shigella seperti demam tifoid, paratifoid dan disentri basiler.
- Infeksi
traktus respiratorius seperti bronkitis akut dan sinusitis akut yang disebabkan
oleh kuman H. influenzae atau S. pneumoniae.
- Infeksi THT
seperti otitis media akut yang disebabkan oleh kuman H. influenzae atau S.
pneumoniae.
2. Perhitungan Dosis Sediaan Cair
Dalam 1 tab contrimoxazol mengandung
sulfamethoaxzole 400mg, trimetropin 80 mg.
jadi total nya 480mg.
Contrimoxazole 480mg X 5 tab=2400mg= 2.4 g
Gummi Arabic 500 mg= 0.5 g
Aquadest 100ml= 100g,
1 sendok teh = 5 ml syr atau suspn= 0,005
Jadi: 2.4 g+ 0.5g+100g=102.9
102.9: 0,005= 20,58 g.
Jadi dosis sediaan obat suspensi yang diberikan
kepada an. Andi yaitu: Setiap satu kali minum dalam 1 sendok the yaitu:
20,58g….
3. Lama Pengobatan Antibiotik
Obat antibiotic biasanya bekerja sangat spesifik
pada suatu proses mutasi yang mungkin terjadi pada bakteri yang memungkkinkan
munculnya STRAIN bakteri yang kebal terhadap antibiotika,. Itulah sebabya
antibiotic diberikaan dalam dosis,yang menyebabkan bakteri segera mati,dan
dalam jagka waktu yang lama yaitu minimal
sampe lima hari, agar tidak terjadi mutasi.karena penggunaan antibiotic
yang tanggung atau tidak tepat, hanya membuka peluang munculnya bakteri yang
kebal atau resisten.
Lama pengobataan antibiotik sangat tegantung dari jenis bakteri yang menginfeksi
tubuh, sebagai contoh mycobacterium memerlukan waktu selama 6 bulan, escheria
coli memerlukan waktu 2 minggu ( tergantung dari beratnya infeksi). Karena
faktor pengobatan yang tepat waktu dan dosis yang tepat akan menghasilkan efek
yang optimal, maka sebaiknya pasien harus patuh dalam mengkonsumsi obat
antibiotik, agar bakter tersebut tidak resisten didalam tubuh pasien.
4. efek samping yang timbul dari antibiotic
Pasien yang mengkonsumsi obat antibiotik bisa menimbulkan efek samping
diantaranya:
a.Reaksi alergi yang ringan berupa gatal-gatal, yang
lebih berat berupa syok anafilaksis / pingsan, bahkan kematian. Yang perlu
diwaspadai adalah seseorang dengan riwayat alergi dapat muncul reaksi alergi
pada penggunaan ulang suatu antibiotika tertentu.
b. Reaksi Toksik tergantung pada jenis obat dan
faktor dalam tubuh penderita. Contoh tetrasiklin mengganggu pertumbuhan
jaringan tulang termasuk gigi bila diberikan pada anak-anak.
c. Super Infeksi, yakni timbulnya infeksi baru
karena penggunaan antibiotik tertentu.
d. Resistensi Bakteri, yakni kemampuan antibiotik
untuk membasmi bakteri tertentu berkurang, bahkan hilang sama sekali.
e. Bisa juga berakibat parah seperti sindrom Steven
Johnson.
5. Sediaaa obat
contrimoxazool yang ada di
perdagangan
Sediaan obat brand name contrimoxazole yang beredar di perdagangan antar lain yaitu:
a.nama obat
: bactericid / bactericid forte
diproduksi oleh: SOHO
komposisi
: per tab 400mg/80mg sulfamethoaxzole 400mg, trimetropin 80 mg.per 5 ml
suspensi 200mg/40mg sulfamethoaxzole 200mg, trimetropin 40mg,
indikasi
: Infeksi saluran nafas, ginjal,
dan saluran kemih, dan infeksi lainya.
Dosis : tab dewasa dan anak > 12
th, 2x/ hari. Infeksi berat 3tab 2x/ hari.kapl forte dws dan anak > 12
tahun 1 kaps 2x/ hr. susp anak 6- 12 th
5 – 10 ml, 2x/ hr. anak 2 th 2.5 ml 2x/
hr.
Pemberian obat: berikan segera sesudah makan,
Kontra indikasi : HIPSESITIF terhadap sulfonamida ,
kerusakan hati, atau ginjal berat, diskrasia darah, hamil, laktasi dan bayi
> 2bln, porfiria.
Peringataan
: defissienssi asam folat, status nutrisi buruk, defisiensi G6PD, usia
lanjut, individu dengan peurunan fungsi ginjal,
Efek samping: ganggaun gastro intrasiinal, syndrom
steven Johnson, lyell, jarang hepatitis, kolitis pseudomembran, dan kelinan
darah.
Interaksi obat: efek menurun oleh PABA, anestesi
lokal oleh prokain, efek potensi dengan metotreksal, warfarin, sulfonilurea.
b. nama obat: bactrizol
diproduksi oleh: corsa
komposisi
: Co- trimoxazole (sulfamethoaxzole) ( SMZ) dan ( trimetropin) ( TM)
per tab 400mg/80mg
sulfamethoaxzole 400mg, trimetropin 80 mg.per 5 ml suspensi 200mg/40mg
sulfamethoaxzole 200mg, trimetropin 40mg,
indikasi : infeksi saluran kencing, infeksi GIT,
saluran nafas atas, THT, dan kulit.
Dosis: Tab dws 2 tab, anak 6- 12 th 1tab, 2- 5 th ½
tab . kaps forte dewasa 1 kpl, anak 6 – 12 th ½ kapl, . sir anak 6 – 12 th 2 sdt,
6 mg – 1 th ½ sdt. Semua dosis
diberikan 2x/ hari.
Pemberian obat: berikan segera sesudah makan,
Kontra indikasi : hipersensitifitas terhadap sulfonamida , kerusakan hati, atau
ginjal berat, diskrasia darah, hamil, laktasi dan bayi > 2bln, porfiria.
Peringataan
: defissienssi asam folat, status nutrisi buruk, defisiensi G6PD, usia
lanjut, individu dengan peurunan fungsi ginjal,
Efek samping: ganggaun gastro intrasiinal, syndrom
steven Johnson, lyell, jarang hepatitis, kolitis pseudomembran, dan kelinan
darah.
Interaksi obat: efek menurun oleh PABA, anestesi
lokal oleh prokain, efek potensi dengan metotreksal, warfarin, sulfonilurea.
c. nama obat:IKAPRIM/ IKAPRIM FORTE
diproduksi
oleh: ikapharmindo
komposisi: per tab ikraprim sulfamethoaxzole 400mg,
trimetropin 80 mg
per tab
ikraprim forte sulfamethoaxzole 800mg,
trimetropin 160 mg
indikasi: demam tifoid dn paratifoid,kolera, infeksi
saluran nafas, GI, saluran kemih kelamin, kulit dan jaringan lunak, GO,otitis
media akut, toksoplasmosis.
dosis:ikaprim dws dan anak > 12 th 2 tab, 6 – 12
th 1 tab, 6 bln – 5 th ½ tab. 6 hr – 6 bln ¼ tab, semua tadi diberikan 2x/
hr.
ikaprim forte dws
dan anak > 12 th 1 tab, anak 6- 12 th ½ tab, diberikan 2x/ hr
Pemberian obat: berikan segera sesudah makan,
Kontra indikasi : hipersensitifitas terhadap sulfonamida , kerusakan hati, atau
ginjal berat, diskrasia darah, hamil, laktasi dan bayi > 2bln, porfiria.
Peringataan
: defissienssi asam folat, status nutrisi buruk, defisiensi G6PD, usia
lanjut, individu dengan peurunan fungsi ginjal,
Efek samping: ganggaun gastro intrasiinal, syndrom
steven Johnson, lyell, jarang hepatitis, kolitis pseudomembran, dan kelinan
darah.
Interaksi obat: efek menurun oleh PABA, anestesi
lokal oleh prokain, efek potensi dengan metotreksal, warfarin, sulfonilurea.
F. KESIMPULAN
HASIL PRATIKUM PEMBUATAAN SEDIAAN OBAT SUSPENSI
A. kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kita ambil dalam pratikum
pembuataan sediaan obat suspensi yaitu:
1.Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung
partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.
2. Salah
satu keuntungan suspensi adalah tertutupnya rasa tidak enak atau rasa pahit
obat yang kebanyakan kurang disukai oleh anak-anak sehingga memungkinkan untuk
diberikan pada anak-anak.sedangkan kerugiannya adalah pada saat penyimpanan
kemungkinan terjadi perubahan sistem dispersi.
3.
Suspensi yang ideal setidaknya haruslah dibuat dengan tepat, mengendap
secara lambat dan harus rata lagi bila dikocok.
B. SARAN
§ Diharapkan
kepada semua pratikum untuk lebih banyak
belajar mengenai sifat, stabilitas, tipe suspensi maupun cara melarutkan dan
penyimpananya.
§ pada saat
pembuatan suspensi, praktikan harus mengetahui kelarutan dari bahan-bahan obat
yang dikerjakan, Praktikan juga harus mengetahui faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi stabilitas suspensi, agar dapat menghasilkan suspensi yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar