Sabtu, 06 Juni 2015

EKLAMSIA



A.    Pengertian Eklampsia
Beberapa pengertian eklampsi adalah:
a)      Istilah eklampsi berasal dari bahas yunani berarti halilintar, karena seolah–olah gejala eklampsi timbul dengan tiba-tiba tanpa didahului oleh tanda–tanda lain. Eklampsi umumnya timbul pada pada wanita hamil atau dalam nifas dengan tanda–tanda pre-eklampsi, timbul serangan kejang yang diikuti oleh komA.
b)      Eklampsi adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, kejang timbul bukan akibat kelainan neurologic (PBPOGI, 1991).
c)      Eklampsi adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam masa persalinan atau nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang atau demam (dr. Handaya, dkk).
B.     Epidimiologi
Frekuensi eklampsi bervariasi. Frekuensi rendah pada umumnya
merupakan petunjuk tentangadanya pengawasan antenatal yang baik dan
penanganan preeklampsi yang sempurna. Di negara yang sedang berkembang, frekuensi dilaporkan berkisar antara 0,3 -0,7%. Sedangkan di negara maju angka nya lebih kecil, yaitu 0,05–0,1%.
C.    Tanda-tanda dan gejala
Pada umumnya kejang di dahului oleh makin memburuknya preeklampsi dan terjadinya gejala–gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan, mual yang hebat, nyeri di epigastrium dan hiper-refleksi. Bila keadaan ini tidak segera diobati akan timbul kejang. Terutama pada persalinan, bahaya ini besar. Konvulsi eklampsi dibagi dalam 4 tingkat
a)      Tingkat Awal (Aura) .
Keadaaan ini berlangsung kira–kira 30 detik, mata penderita terbuka tanpa melihat,  kelopak mata bergetar. Demikian pula tangannya dan kepala berputar ke kiriataukekanan.
b)     Tingkat kejang tonik.
Berlangsung 15-30 detik atau kurang dari 30 detik, dalam tingkat ini semua otot menjadi kaku, wajahnya keliatan kaku ( distorsi ), bola mata menonjol, tangan menggenggam, kaki membengkok ke dalam, pernapasan berhenti,muka menjadi sianotik, lidah dapat tergigit.
c)      Tingkat Kejang Klonik.
Berlangsung antara 1-2 menit, semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam tempo yang cepat, terbukanya rahang secara tiba-tiba dan tertutup kembali dengan kuat disertai pula dengan terbuka dan tertutupnya kelopak mata. Kemudian disusul dengan kontraksi intermitten pada otot-oto muka dan otot seluruh tubuh.  Begitu kuat kontraksi otot-otot tubuh ini, sehingga seringkali penderita terlempar dari tempat tidur. Seringpula lidah tergigit, dan mulut keluar liur yang berbusa kadan disertai bercak-bercak darah, wajah tampak membengkak karena kongesti dan sianosis, pada konjungtiva mata dijumpai bintik-bintik pendarahan, klien menjadi tidak sadar
d)     Tingkat Koma.
Lama kesadaran tidak selalu sama, secar perlahan-lahan pendrita mulai sadar lagi, akan tetapi dapat terjadi pula bahwa sebelum itu timbul serangan baru dan berulang sehingga ia tetap dalam koma. Selama serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat dan suhu meningkat sampai 40 derajat celcius, mungkin karena gangguan serebral. Penderita mengalami inkontinensia disertai dengan oliguria atauanuria dan kadang-kadang terjadi aspirasi bahkan muntah. Penderita yang sadar kembali dari koma, umumnya mengalami disorientasi dan sedikit gelisah.
D.    Komplikasi
a.      Solusio plasenta.
b.      Hipofibrinogenia.
c.      Hemolisis
d.     Perdarahan otak.
e.      Kelainan mata, kehilangan penglihatan untuk sementara yang berlangsung sampai 1 minggu, perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina. Hal ini merupakan tanda gawat akan terjadinya apofleksia serebri.
f.       Edema paru.
g.      Nekrosis hati.
h.      Sindroma help.
i.        Kelainan ginjal.
j.        Komplikasi lain (lidah tergigit, trama dan fraktur karena jtuh dan DIC).
k.      Prematuritas, dismaturitas dan IUFD.

E.     Prognosis
Kematian ibu berkisar antara 9,8%-25%, sedangkan kematian bayi
pemberian pengobatan , maka gejala perbaikan akan tampak jelas stelah
kehamilannya diakhiri. Segera setelah persalinan berakhhir perubahan
patofisiologik akan segera pula mengalami perbaikan. Diuresis terjadi 12
jam kemudian setelah persalinan. Keadaan ini merupakan tanda
prognosis yang baik, karena hal ini merupakan gejala pertama
penyembuhan. Tekanan darah kembali normal dalam beberapa jam
kemudian.
Eklampsi tidak mempengaruhi kehamilan berikutnya, kecuali pada janin
dari ibu yang sudah mempunyai hipertensi kronik. Prognosis janin pada
penderita eklampsi juga tergolong buruk. Seringkali janin mati
intrauterin atau mati pada fase neonatal karena memang kondisi bayi
sudah sangat inferior.
F.     Faktor Predisposisi.
v Primigravida
v Kehamilan ganda
v Diabetes melitus
v Hipertensi essensial kronik
v Molahida tidosa
v Hidrops fetalis
v Bayi besar, obesitas
v riwayat pernah menderita preeklampsia atau eklamsia
v riwayat keluarga pernah menderita preeklampsia atau eklamsia
Lebih sering dijumpai pada penderita preeklampsia dan eklampsia.
G.    Penatalaksanaan
Tujuan:
Menghentikan atau mencegah kejang.
Mempertahankan fungsi organ vital
Koreksi hipoksia atau asidosis
Mengendalikan tekanan darah dalam batas aman Pengakhiran
 Kehamikan mencegah atau mengatasi penyulit, khususnya krisis hipertensi, untuk mencapai stabilisasi keadaan ibu seoptimal mungkin Penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu eklampsi:
Sikap dasar
Semua kehamilan dengan eklampsi harus diakhiri tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin. Pertimbangannya adalah keselamatan ibu. Kehamilan diakhiri bila sudah terjadi stabilisasi hemodinamika dan metabolisme ibu, cara terminasi dengan prinsip trauma ibu seminimal mungkin (dr. Handaya, dkk).

Pengobatan medikamentosa
Ø  Obat anti kejang:
yang menjadi pilihan pertama ialahmangnesium sulfat.bila denga jenis obat ini kejang masih sukar di atasi,dapat dipakai jenis obat lain misalnya tiopental.diazepam dapat dipakai sebagai altenatif pilihan, namun mengingat dosis yang diperlukan sangat tinggi,pemberian diazepam hanya dilakukan oleh mereka yang telah berpengalaman.
Ø  Magnesium sulfat (MgSO4)
Pemberian mangnesium sulfat ada dasar nya sama seperti pemberian mangnesium sulfat pada pre eklampsi berat.pengobatan suportif terutama ditujukan untuk gangguan fungsi organ – organ penting,misalnya tindakan tindakan untuk memperbaiki asidosis,mempertahankan pentilasi paru paru,mengatur tekanan darah, mencegah dekompensasi kordis.
Ø  Perawatan pada waktu kejang
Pada penderita yang mengalami kejang tujuan pertama pertolongan ialah mencegah penderita mengalami penderita akibat kejang –kejang tersebut.dirawat dikamar isolasi cukup terang agar bila terjadi sinosis segera dapat diatasi segera dapat diketahui.
Hendaknya dijaga agar kepala dan ekstermitas penderita yang kejang tidak terlalu kuat menghentak hentak benda kuat disekitarnya selanjutnya masukkan sudap lidah kedalam mulut si penderita dan jangan mencoba melepas sudap lidah yang sedang tergigit karena dapat mematah kan gigi.
Ø  Perawatan koma
Tindakan pertama pada penderita koma adalah menjaga dan mengusaha kan agar jalan nafas atas tetap terbuka.cara yang sederhana dan cukup efektif dalam menjaga terbukanya jalan nafas atas adalah dengan manuver tik –neck lift,yaitu kepala direndahkan dan leher dalam posisi ekstensi kebelakang atau head tilt –chain lift dengan kepala direndahkan dan dagu ditarik ke atas,atau jau-thrsut,yaitu mandibula kiri kanan diekstensikan keatas sambil mengangkat kepala kebelakang.kemudian dapat dilanjutkan dengan pemasangan oropharyngeal airway
Perawatan edema paru
 Sebaiknya penderita dirawat di ICU karna membutuhkan perawatan animasi dengan respirator
Ø  Pengobatan obstetrik
Sikap terhadap kehamilan ialah semua kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri,tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin.persalinan diakhiri bila sudah mencapai stabilitas (pemulihan)hemodinamika dan metabolism ibu. Pada perawatan pasca persalinan, bila persalinan terjadi pervaginam, monitoring tanda-tanda vital dilakukan sebagaimana lazimnya.
H.    Asuhan Ibu Dengan Eklampsi
Penatalaksanaan asuhan pada ibu dengan eklampsi adalah:
Segera istirahat baring selama ½-1 jam.
Nilai kembali tekanan darah, nadi, pernafasan, reflek patella, bunyi jantung bayi, dan dieresis
Berikan infus terapi anti kejang ( misalnya MgSO4 ) dengan catatan reflek patella harus (+), pernafasan lebih dari 16 kali per menit serta diuresis baik (harus sesuai instruksi dokter)
Ambil contoh darah untuk pemeriksaan laboratorium, seperti : Hb, Ht, leukosit, LED, ureum, kreatinin, gula darah, elektolit dan urin lengkap.
Bila dalam 2 jam setelah pemberian obat anti kejang (MgSO4), tekanan darah tidak turun biasanyadiberikan antihipertensi parenteral atau oral sesuai instruksi dokter.
Bila pasien sudah tenang, bisa dinilai keadaan kehamilan pasien dan monitor DJJ.
Siapkan alat-alat pertolongan persalinan
Postpartum boleh diberikan uterotonika dan perinfus.









I.      Sistem Rujukan
§  Batasan
Suatu sistem pelayanan kesehatan dimana terjadi pelimpahan tanggung jawab timbale balik atas kasus atau masalah kesehatan yang timbul secara horizontal maupun vertical baik untuk kegiatan pengiriman penderita,pendidikan,maupun penelitian.
§  Pengertian Operasional
Sistem rujukan paripurna terpadu merupakan suatu tatanan,dimana berbagai kompenen dalam jaringan pelayanan kebidanan dapat berinteraksi dua arah timbal balik. Antara bidan didesa,bidan,dokter puskesmas di pelayanan kesehatan dasar,dengan para dokter spesialis di RS kabupaten untuk mencapai rasionalisasi penggunaan sumber daya kesehatan dalam penyelamatan ibu dan bayi baru lahir, yaitu penanganan ibu beresiko tinggi dengan gawat-opsetrik atau gawat-darurat-opsetrik secara efisien, efektif, professional, nasional, relevan dalam rujukan perencana.



§  Rujukan Terencana
Menyiapakan dan merencanakan rujukan ke rumah sakit jauh-jauh hari bagi ibu resiko tinggi atau risti. Sejak awal kehamilan di beri KIE. Ada dua macam rujukan terencana yaitu:
a)      Rujukan dini terencana (RDB), untuk ibu dengan APGO dan AGO-Ibu risti masih sehat belum inpartu, belum ada komplikasi persalinan,. Ibu berjalan sendiri dengan suami, ke RS naik kendaraan umum dengan tenang, santai, mudah, murah, dan tidak membutuhkan alat ataupun obat.
b)      Rujukan dalam rahim (RDR), dalam RDB terdapat pengertian RDR atau rujukan uteri bagi janin ada masalah, janin beresiko tinggi masih sehat, misalnya kehamilan dengan riwayat opsetrik jelek pada ibu diabetes mellitus, partusprematurus iminens. Bagi janin, selama pengiriman rahim ibu merupakan alat transportasi dan incubator alami yang aman, nyaman, hangat, steril, murah, mudah, member nutrisi dan O2, tetap ada hubungan fisik dan psikis dalam lindungan ibunya.
§  Rujukan Tepat Waktu/RTW
Untuk ibu dengan gawat darurat opsetrik, pada kelompok FR III AGDO pendarahan antepartum dan preeklamsia berat/eklapsia dan ibu dengan komplikasi persalinan dini yang dapat terjadi pada semua ibu hamil dengan atau tanpa FR.
Ibu GDO (emergency obstetric) membutuhkan RTW dalam penyelamatan ibu atau bayi yang baru lahir.
Rujukan terencana berhasil menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir,pratindakan tidak membutuhkan stabilisasi, penanganan dengan prosedur standar,alat ,obat generic dengan biaya murah terkendali.
Rujukan terlambat membutuhkan stabilisasi,alat,obat dengan biaya mahal,denagn hasil ibu dengan bayi tidak bisa diselamatkan.
Paket”kehamilan dan persalinan aman dengan 6 komponen utama,yaitu:
§  Deteksi dini masalah
§  Prediksi kemungkinan komplikasi persalinan
§  KIE kepada ibu hamil,suami,dan keluarga, pelan-pelan menjadi tahu-peduli-sepakat-gerak( TaPeSeGar),berkembang perilaku kebutuhan persiapan dan perencanaan persalinan aman/rujukan terencana. Dekat persalinan belum inpartu,ibu dapat berjalan sendiri dengan naik kendaraan umum berangkat ke RS.
§  Prevensi proaktif komplikasi persalinan
§  Antisipasi-38 minggu melakukan persiapan/perencanaan persalinan aman
§  Intervensi, penanganan adekuat dipusat rujukan.



















A.     Pengertian
Distosia bahu didefinisikan sebagai impaksi (hambatan) lahirnya bahu bayi setelah lahirnya kepala dan berkaitan dengan peningkatan insidensi morbiditas dan mortalitas bayi akibat cedera pleksus brachialis dan asfiksia. Diagnosis ini harus dipikirkan ketika dengan traksi kebawah yang memadai tidak dapat melahirkan bahu. Tanda distosia bahu lainnya adalah jika setelah kepala melalui serviks kemudian tampak kepala kembali tertarik balik ke dalam (turtle sign)
Distosia bahu biasanya terdapat kasus makrosomia. Resiko nya meningkat 11 kali lipat bayi dengan BB 4000 g dan 22 kali lipat pada bayi 4500 g. sekitar 50 % kasus terjadi pada bayi dengan BB kurang dari 4000 g. bayi posterm dan makrosomia beresiko mengvalami distosia bahu karena pertumbuhan trunkal dan bahu tidak sesuai dengan pertumbuhan kepala pada masa akhir kehamilan. Faktor resiko lainnya adalah obesitas maternal, riwayat melahirkan bayi besar, diabetes mellitus, dan diabetes gestational. Distosia bahu harus dicurigai pada pemanjangan kala II atau pemanjangan fase deselerasi pada kala I.
  Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet diatas sacral promontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul, atau bahu tersebut bisa lewat promontorium, tetapi mendapat halangan dari tulang sacrum (tulang ekor). Lebih mudahnya distosia bahu adalah peristiwa dimana tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan.
Salah satu kriteria diagnosis distosia bahu adalah bila dalam persalinan pervagina untuk melahirkan bahu harus dilakukan maneuver khusus. Spong dkk (1995) menggunakan sebuah kriteria objektif untuk menentukan adanya distosia bahu yaitu interval waktu antara lahirnya kepala dengan seluruh tubuh. Nilai normal interval waktu antara persalinan kepala dengan persalinan seluruh tubuh adalah 24 detik , pada distosia bahu 79 detik. Mereka mengusulkan bahwa distosia bahu adalah bila interval waktu tersebut > 60 detik.
 American College of Obstetrician and Gynecologist (2002) menyatakan bahwa angka kejadian distosia bahu bervariasi antara 0.6 – 1.4% dari persalinan normal.

Distosia ialah kesulitan dalam jalannya persalinan atau dapat didefenisikan Distosia ialah persalinan atau abnormal yang timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan lima faktor persalinan, yaitu :
1. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang efektif atau akibat upaya mengedan ibu (kekuatan power).
2. Perubahan struktur pelvis (jalan lahir / passage)
3. Sebab-sebab pada janin, meliputi kelainan presentasi atau kelainan posisi, bayi besar dan jumlah bayi (penumpang/passenger).
4. Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan.
5. Respons psikologi ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan pengalaman, budaya dan warisannya sistem pendukung.
B.     Etiologi
Distosia bahu terutama disebabkan oleh deformitas panggul, yaitu kegagalan bahu untuk “melipat” ke dalam panggul (misal : pada makrosomia) disebabkan oleh fase aktif dan persalinan kala II yang pendek pada multipara sehingga penurunan kepala yang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah melalui pintu tengah panggul setelah mengalami pemanjangan kala II sebelah bahu berhasil melipat masuk ke dalam panggul.
Faktor-faktor penyebab dari Distosia bahu bermacam-macam antara lain : kehamilan postern, paritas wanita hamil dengan diabetes melitus dan hubungan antara ibu hamil yang makannya banyak bertambah besarnya janin masih diragukan.
C.     Patofisiologi
Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang menyebabkan kepala berada pada sumbu normal dengan tulang belakang bahu pada umumnya akan berada pada sumbu miring (oblique) di bawah ramus pubis. Dorongan pada saat ibu meneran akan meyebabkan bahu depan (anterior) berada di bawah pubis, bila bahu gagal untuk mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring dan tetap berada pada posisi anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu depan terhadap simfisis sehingga bahu tidak bisa lahir mengikuti kepala.

D.     Tanda – tanda dan Gejala
1. Pada proses persalinan normal kepala lahir melalui gerakan ekstensi. Pada distosia bahu kepala akan tertarik kedalam dan tidak dapat mengalami putar paksi luar yang normal.
2. Ukuran kepala dan bentuk pipi menunjukkan bahwa bayi gemuk dan besar. Begitu pula dengan postur tubuh parturien yang biasanya juga obese.
3. Usaha untuk melakukan putar paksi luar, fleksi lateral dan traksi tidak berhasil melahirkan bahu.

E.       Komplikasi
1. Komplikasi Maternal
• Perdarahan pasca persalinan
• Fistula Rectovaginal
• Simfisiolisis atau diathesis, dengan atau tanpa “transient femoral neuropathy”
• Robekan perineum derajat III atau IV
• Rupture Uteri

2. Komplikasi Fetal
• Brachial plexus palsy
• Fraktura Clavicle
• Kematian janin
• Hipoksia janin , dengan atau tanpa kerusakan neurololgis permanen
• Fraktura humerus

F.     Faktor Resiko Terjadinya Distosia Bahu
 Kelainan bentuk panggul, diabetes gestasional, kehamilan postmature, riwayat persalinan dengan distosia bahu dan ibu yang pendek.
1. Maternal
• Kelainan anatomi panggul
• Diabetes Gestational
• Kehamilan postmatur
• Riwayat distosia bahu
• Tubuh ibu pendek 

2. Fetal
• Dugaan macrosomia 

3. Masalah persalinan
• Penggunaan alat bantu (forceps atau vacum)
• “Protracted active phase” pada kala I persalinan
• “Protracted” pada kala II persalinan

Distosia bahu sering terjadi pada persalinan dengan tindakan cunam tengah atau pada gangguan persalinan kala I dan atau kala II yang memanjang.

G.     Predisposisi distosia bahu
a)    Ibu mengalami diabetes mellitus.
b)    Multipara.
c)    Riwayat penyakit keturunan: diabetes mellitus
d)    Ibu mengalami obesitas.
f)    Bayi besar.
g)    Adanya kesulitan pada riwayat persalinan yang terdahulu
h)    Terjadi Cephalo Pelvic Dispropotion (CPD) yaitu ketidaksesuaian antara kepala dan panggul yang diakibatkan karena :
·         Diameter anteroposterior panggul dibawah ukuran normal
·         Abnormalitas panggul sebagai akibat dari infeksi tulang panggul (rakhitis) dan kecelakaan.
i)     Fase aktif yang lebih panjang dari keadaan normal. Fase aktif yang memanjang menandakan adanya CPD.
j)     Penurunan kepala sangat lambat atau sama sekali tidak terjadi penurunan kepala.
k)    Mekanisme persalinan tidak terjadi rotasi dalam (putar paksi dalam) sehingga memerlukan tindakan forcep atau vakum. Hal ini menunjukkan adanya CPD dan mengindikasikan pertimbangan dilaksanakan seksiosesarea.
H.       Pemeriksaan Penunjang
1.   Palpasi dan Balotemen: Leopold I : teraba kepala (balotemen) di fundus uteri
2.   Vaginal Toucher : teraba bokong yang lunak dan iregular
3.   X-ray : Dapat membedakan dengan presentasi kepala dan pemeriksaan ini penting untuk menentukan jenis presentasi sungsang dan jumlah kehamilan serta adanya kelainan kongenital lain
4.   Ultrasonografi: Pemeriksaan USG yang dilakukan oleh operatorberpengalaman dapat menentukan :
1. Presentasi janin
2. Ukuran
3. Jumlah kehamilan
4. Lokasi plasenta
5. Jumlah cairan amnion
6. Malformasi jaringan lunak atau tulang janin

I.      Penatalaksanaan
Kesigapanpenolongpersalinandalammengatasidistosiabahusangatdiperlukan.
1.                  Pertama kali yang harusdilakukanbilaterjadidistosiabahuadalahmelakukantraksicurambawahsambilmemintaibuuntukmeneran.
2.                  Lakukanepisiotomi.

Setelahmembersihkanmulutdanhidunganak, lakukanusahauntukmembebaskanbahu anterior darisimfsis pubis denganberbagaimaneuver :

1.      Tekananringanpadasuprapubic
Dilakukantekananringanpadadaerahsuprapubikdansecarabersamaandilakukantraksicurambawahpadakepalajanin.

Tekananringandilakukanolehasistenpadadaerahsuprapubicsaattraksicurambawahpadakepalajanin.

2. Maneuver Mc Robert
Tehnikiniditemukanpertama kali olehGonikdkktahun 1983 danselanjutnya William A Mc Robert mempopulerkannya di University of Texas di Houston.Maneuver initerdiridarimelepaskan kaki daripenyanggadanmelakukanfleksisehinggapahamenempelpada abdomen ibuTindakaninidapatmenyebabkan sacrum mendatar, rotasisimfisis pubis kearahkepala maternal danmengurangisudutinklinasi. Meskipunukuranpanggultakberubah, rotasicephaladpanggulcenderunguntukmembebaskanbahudepan yang terhimpit.




Maneuver Mc Robert
Fleksisendilututdanpahasertamendekatkanpahaibupada abdomen sebaaimanaterlihatpada (panahhorisontal).Asistenmelakukantekanansuprapubicsecarabersamaan (panahvertikal)


Analisatindakan Maneuver Mc Robert denganmenggunakan x-ray
Ukuranpanggultakberubah, namunterjadirotasicephalad pelvic sehinggabahu anterior terbebasdarisimfisis pubis



3. Maneuver Woods ( “Wood crock screw maneuver” )
Denganmelakukanrotasibahu posterior 1800 secara “crock screw”makabahu anterior yang terjepitpadasimfisis pubis akanterbebas.
 
Maneuver Wood. Tangankananpenolongdibelakangbahu posterior janin.Bahukemudiandiputar 180 derajatsehinggabahu anterior terbebasdaritepibawahsimfisis pubis
4. Melahirkanbahubelakang 
 
A. Operator memasukkantangankedalam vagina menyusurihumerus posterior janindankemudianmelakukanfleksilengan posterior atasdidepan dada denganmempertahankanposisifleksisiku
B. Tanganjanindicekapdanlengandiluruskanmelaluiwajahjanin
C. Lengan posterior dilahirkan

5. Maneuver Rubin
Terdiridari2 langkah :
(1). Mengguncangbahuanakdarisatusisikesisi lain denganmelakukantekananpada abdomen ibu, bilatidakberhasilmakadilakukanlangkahberikutnyayaitu :
(2). Tanganmencaribahuanak yang paling mudahuntukdijangkaudankemudianditekankedepankearah dada anak. Tindakaniniuntukmelakukanabduksikeduabahuanak
sehingga diameter bahu mengecil dan melepaskan bahu depan dari simfisis
Maneuver Rubin II

A. Diameter bahuterlihatantarakeduatandapanah
B. Bahuanak yang paling mudahdijangkaudidorongkearah dada anaksehingga diameter bahumengecildanmembebaskanbahu anterior yang terjepit

6. Pematahanklavikula dilakukandenganmenekanklavikula anterior kearah SP.

7. Maneuver Zavanelli :
·         Mengembalikan kepala kedalam jalan lahir dan anak dilahirkan melalui SC. 
·         Memutar kepala anak menjadi occiput anterior atau posterior sesuai dengan PPL yang sudah terjadi.
·         Membuat kepala anak menjadi fleksi dan secara perlahan mendorong kepala kedalam vagina.

8. Kleidotomi :dilakukanpadajaninmatiyaitudengancaramengguntingklavikula.

9. Simfisiotomi. 
Hernandez dan Wendell (1990) menyarankanuntukmelakukanserangkaiantindakanemergensiberikutinipadakasusdistosiabahu


1.                  Mintabantuan – asisten ,ahlianaesthesidanahlianaesthesi.
2.                  Kosongkanvesicaurinariabilapenuh.
3.                  Lakukanepisiotomimediolateralluas.
4.                  Lakukantekanansuprapubicbersamaandengantraksicurambawahuntukmelahirkankepala.
5.                  LakukanmaneuverMc Robert denganbantuan 2 asisten.
Sebagianbesarkasusdistosiabahudapatdiatasidenganserangkaiantindakandiatas.Bilatidak, makarangkaiantindakanlanjutanberikutiniharusdikerjakan :


1.                  Wood corkscrew maneuver
2.                  Persalinanbahu posterior
3.                  Tehnik-tehniklain yang sudahdikemukakandiatas.
Takada maneuver terbaikdiantara maneuver-maneuver yang sudahdisebutkandiatas, namuntindakandengan maneuver McRobertsebagaipilihanutamaadalahsangatberalasan.

J.     Penanganan umum distosia bahu :
- Pada setiap persalinan, bersiaplah untukk menghadapi distosia bahu, khususnya
pada persalinan dengan bayi besar.
- Siapkan beberapa orang untuk membantu.
“Distosia bahu tidak dapat diprediksi”
Diagnosis distosia bahu :
- Kepala janin dapat dilahirkan tetapi tettap berada dekat vulva.
- Dagu tertarik dan menekan perineum.
- Tarikan pada kepala gagal melahirkan bahu yang terperangkap di belakang
simfisis pubis.
Penanganan distosia bahu :
1. Membuat episiotomi yang cukup luas untuk mengurangi obstruksi jaringan lunak
dan memberi ruangan yang cukup untuk tindakan.
2. Meminta ibu untuk menekuk kedua tungkainya dan mendekatkan lututnya
sejauh mungkin ke arah dadanya dalam posisi ibu berbaring terlentang. Meminta
bantuan 2 asisten untuk menekan fleksi kedua lutut ibu ke arah dada.
3. Dengan memakai sarung tangan yang telah didisinfeksi tingkat tinggi :
- Melakukan tarikan yang kuat dan terus-menerus ke arah bawah pada kepala
janin untuk menggerakkan bahu depan dibawah simfisis pubis.
Catatan : hindari tarikan yang berlebihan pada kepala yang dapat
mengakibatkan trauma pada fleksus brakhialis.
- Meminta seorang asisten untuk melakukan tekanan secara simultan ke arah
bawah pada daerah suprapubis untuk membantu persalinan bahu.
Catatan : jangan menekan fundus karena dapat mempengaruhi bahu lebih
lanjut dan dapat mengakibatkan ruptur uteri.
4. Jika bahu masih belum dapat dilahirkan :
- Pakailah sarung tangan yang telah didisinfeksi tingkat tinggi, masukkan tangan
ke dalam vagina.
- Lakukan penekanan pada bahu yang terletak di depan dengan arah sternum
bayi untuk memutar bahu dan mengecilkan diameter bahu.
- Jika diperlukan, lakukan penekanan pada bahu belakang sesuai dengan arah
sternum.
5. Jika bahu masih belum dapat dilahirkan :
- Masukkan tangan ke dalam vagina.
- Raih humerus dari lengan belakang dan dengan menjaga lengan tetap fleksi
pada siku, gerakkan lengan ke arah dada. Ini akan memberikan ruangan
untuk bahu depan agar dapat bergerak dibawah simfisis pubis.
6. Jika semua tindakan di atas tetap tidak dapat melahirkan bahu, pilihan lain :
- Patahkan klavikula untuk mengurangi lebar bahu dan bebaskan bahu depan.
- Lakukan tarikan dengan mengait ketiak untuk mengeluarkan lengan belakang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar