Sabtu, 06 Juni 2015

GANGGUAN PSIKOLOGIS PADA KEHAMILAN



GANGGUAN PSIKOLOGIS PADA MASA KEHAMILAN

A.  Gangguan psikologis pada kemandulan
                    1.   Definisi
istilah kemandulan selalu ditunjukkan kepada wanita akibat ketidak mampuannya untuk melahirkan anak. Kemampuan juga dianggap sebagai inferioritas dari seorang wanita, sebab wanita itu baru bisa menerima status warga masyarakat manakal dia mampu melahirkan anak.Tetapi, pandangan tersebut telah berubah seiring dengan perkembangan teknologi dan kemajuan.Kemandulan tidak lagi dianggap inferior wanita.Secara umum timbulnya kemandulan pada wanita aatau pria adalah akibat kegagalan pada wanita atau pria adalah akibat kegagalan pada fungsi organ reproduksi dan kondisi psikisnya, seperti depresi atau stress berat.
                    2.   Faktor penyebab kemandulan
a)           Faktor Fisik
merupakan kegagalan fungsi ginekologs pada salah satu pasangan atau keduanya.
b)           Faktor Psikis
Merupakan kemandulan yang disebabkan kompensasi takut hamil, ketakutan yang berhuungan dengan organ reproduksi wanita, perasaan berdosa, sterilisasi psikogeneesis dan neorotic obsessive, psikosomatis, ketakutan pemedahan, persalinan, infantilisme, defence mechanism, karier atau ketakutan kehilangan dalam keharmonisan pada hubungan coitus.

                    3.   Tipe wanita yang berkaitan pada kemandulan
a.       Tipe Unmarried
merupakan tipe kemandulan yang disebabkan wanita yang sama sekali tidak menginginkan perkawinan secara biologis. Tipe ini terjadi pada wanita akibat ketakutan akan kehamilan, atau melahirkan. Wanita yang mandul pun unmarried lebih senang profesi sehingga cenderung alcoholic work dan sebagai bentuk konpensasi ketakutan dan perasaan berdosa jika ia menikah.
b.      Tipe wanita karier
merupakan kemandulan tipe wanita karier dengan tipe unmarried ialah bahwa wanita karier dia menikah dan masih mau melakukan hubungan perkawinan biologis. Tetapi, akibat lebih mengutamakan kegiatan profesi dan karier sehingga dia tidak menginginkan untuk hamil.
c.       Tipe Agresif Maskulin
merupakan kemandulan yang ditandai adanya sikap menolak penuh sifat kewanitaan dan tidak menghendaki anak. Awalnya dia mandul secar psikis namun lambat laun menjadi mandul fisik
d.      Tipe steril akibat gangguan emosional
merupakan tipe kemandulan akibat ketakutan kehadiran anak karena dianggap menambah beban, obsesif, kompulsi terhadap ketidakmampuan diri wanita, takut menjalani kehamilan, persaan impotensi pada kehamilan dan takut tak mampu memelihara anak.

                    4.   Pengaruh psikis pada kemandulan
·         ketakuta-ketakutan yang tidak disadari (dibawah alam sadar)
·         ketakutan yang bersifat inflantile (kekanak-kanakan)
                    5.   Contoh ketakutan tersebut berupa
·         ketakutan oleh fantasi –fantasi kehamilan, antara lain berupa gejala muntah-muntah dan perut menjadi kembung
·         ketakutan pada menstruasi sehingga merasakan gejala nyeri dan sakit waktu mendapatkan menstruasi
Kesulitan psikologis  biasanya mengakibatkan ketidakmampuann wanita untuk menjadi hamil atau menjadi seorang ibu.
B.  Gangguan Psikologis pada Kehamilan Palsu (Pseudocyesis)
Kehamilan palsu adalah suatu keadaan dimana seorang wanita berada dalam kondisi yang menunjukkan berbagai tanda dan gejala kehamilan seperti tidak mendapatakan menstuasi, adanya mual muntah, pembesaran perut, peningkatan berat badan, dan gejala kehamilan lainnya bahkan kadang kala hasil tes urine dapat menjadi positif palsu(false positive), tetapi sesungguhnya tidak benar-benar hamil (Suririnah, 2005). Faktor yang sangat sering berhubungan dengan terjadinya kehamilan palsu adalah faktor emosional/psikis yang menyebabkan kelenjar pituitari terpengaruh sehingga menyebabkan kegagalan sistem endokrin dalam mengontrol hormon yang menimbulkan keadaan seperti hamil.

1.    Tanda gejala gangguan psikologis pada pseudocyesis
Wanita dengan pseudocyesis memiliki kondisi psikologis seperti berikut ini:
a.    Adanya sikap yang ambivalen terhadap kehamilannya yaitu ingin sekali menjadi hamil, sekaligus tidak ingin menjadi hamil. Ingin memiliki anak yang dibarengi dengan rasa takut untuk menetralisasi keinginan mempunyai anak.
b.    Keinginan untuk menjadi hamil terutama sekali tidak timbul dari dorongan keibuan, akan tetapi khusus dipacu oleh dendam , sikap bermusuhan, dan harga diri. Sebagai contoh pada wanita yang steril.
c.    Secara bersamaan muncul kesediaan untuk menyadari sekaligus kesediaan untuk tidak mau menyadari bahwa kehamilannya adalah ilustrasi belaka.
d.   Wanita dengan pseudocyesis tidak terlepas dari pseudologi, yaitu fantasi-fantasi kebohongan yang selalu ditampilkan ke depan untuk mengingkari hal-hal yang tidak menyenagkan.

2.    Pengelolaan gangguan psikologis pada pseudocyesis
Peristiwa pseudocyesis merujuk pada peristiwa pseudologia, yaitu fantasi-fantasi kebohongan yang selalu ditampilkan ke depan untuk mengingkari atau menghindari realitas yang tidak menyenangkan. Wanita pseudocyesis ingin sekali menonjolkan egonya untuk menutupi kelemahan dirinya, oleh karena itu dipilihlah aliran konseling psikoanalisis dengan menekankan pentingnya riwayat hidup klien, pengaruh dari pengalaman diri pada kepribadian individu, serta irasionalitas dan sumber-sumber tak sadar dari tingkah laku manusia.Peran konselor dalam hal ini adalah menciptakan suasana senyaman mungkin agar klien merasa bebas untuk mengekspresikan pikiran-pikiran yang sulit. Proses ini bisa dilakukan dengan meminta klien berbaring di sofa dan konselor di belakang (sehingga tidak terlihat). Konselor berupaya agar klien mendapat wawasan dengan menyelami kembali dan kemudian menyelesaikan pengalaman masa lalu yang belum terselesaikan.Dengan begitu klien diharapkan dapat memperoleh kesadaran diri, kejujuran dan hubungan pribadi yang lebih efektif, dapat menghadapi ansietas dengan realistis, serta dapat mengendalikan tingkah laku irasional.(Lesmana, 2006).
C.  Gangguan psikologis pada kehamilan di luar nikah
1.    Fenomena kehamilan di luar nikah
     Hamil diluar nikah adalah hamil diluar ikatan pernikahan.kehamilan diluar nikah iasanya diakibatkan oleh didikan dari keluarganya berupa
v  Kekurangan kasih saying yang diberikan oleh keluarga
v  keluarga yang terlalu disiplin sehingga anak tersebut memberontak untuk menunjukkan kedewasaanya.
2.    Tanda gejala gangguan psikologis pada kehamilan di luar nikah
Umumnya kehamilan di luar nikah dialami oleh remaja, dimana remaja dengan rentang usia 12-19 tahun memiliki kondisi psikis yang labil, karena masa ini merupakan masa transisi dan pencarian jati diri. Dengan kehamilan di luar nikah banyak permasalahan yang akan dihadapi oleh remaja natara lain adalah sebagai berikut:
a.    Timbulnya perasaan takut dan bingung yang luar biasa, terutama pada wanita yang menjadi objek akan merasakan ketakutan besar terhadap respons orang tua, dan biasanya mereka menutupi kehamilannya hingga didapatkan tindakan lain.
b.    Rasa ketakutan jika kekasih yang menghamilinya tidak mau bertanggung jawab dan tidak mau menolongnya keluar dari kondisi yang rumit itu.
c.    Cemas jika sampai teman-temannya mengetahui, apalagi pihak sekolah yang mungkin saja akan mengeluarkannya dari bangku sekolah.
d.   Rasa takut yang timbul karena ia sangat tidak siap menjadi seorang ibu.
e.    Timbul keinginan untuk mengakhiri kehamilannya dengan aborsi (Kartono, K., 2007).
3.    Pengelolaan gangguan psikologis pada kehamilan di luar nikah
Penatalaksanaan yang bisa dilakukan guna menangani permasalahan ini adalah dengan konseling humanistik, dimana manusia sebagai individu berhak menentukan sendiri keputusannya dan selalu berpandangan bahwa pada dasarnya manusia itu adalah baik (Rogers, 1971). Sebagai konselor yang ingin memberikan konseling perlu memiliki 3 karakter seperti berikut ini:
a.    Empati, adalah kemampuan konselor untuk merasakan bersama dengan klien, usaha berpikir bersama tentang dan untuk mereka (klien).
b.    Positive regard (acceptance), yaitu menghargai klien dengan berbagai kondisi dan keberadaannya.
c.    Congruence (genuineness), adalah kondisi transparan dalam hubungan  terapeutik.
Oleh karena itu, di dalam menghadapi permasalahan kehamilan di luar nikah bagi para remaja, maka bidan dapat mmemberikan konseling bersama yaitu konseling keluarga, antara remaja itu sendiri, konselor dan pihak keluarga, mengingat orang tua masih memiliki andil yang besar pada kehidupan anak remaja mereka (Lesmana, 2006).

D.  Gangguan psikologis  pada kehamilan yang tidak dikehendaki
1.    Permasalahan pada kehamilan yang tidak dikehendaki
Dalam Suryani Eko(2008), Remaja bisa bilang kalau seks bebas atau seks pra nikah itu aman untuk dilakukan. Akan tetapi, bila remaja melihat, memahami ataupun merasakan akibat dari perilaku itu, ternyata hasilnya lebih banyak merugikan. Salah satu risiko dari seks bebas itu adalah kehamilan yang tidak diharapkan (KTD). Kehamilan yang tidak direncanakan sebelumnya bisa merampas “kenikmatan” masa remaja yang seharusnya dinikmati oleh setiap remaja lelaki maupun perempuan, tetapi remaja pria juga akan merasakan dampaknya karena harus bertanggung jawab. Ada dua hal yang bisa dan biasa dilakukan remaja jika mengalami KTD:
1)   Mempertahankan Kehamilan
Semua tindakan tersebut dapat membawa risiko baik fisik, psikis maupun sosial. Bila kehamilan dipertahankan risiko psikis yang timbul yaitu ada kemungkinan pihak perempuan menjadi ibu tunggal karena pasangan tidak mau menikahinya atau tidak mempertanggung jawabkan perbuatannya. Kalau mereka menikah, hal ini juga bisa mengakibatkan perkawinan bermasalah yang penuh konflik karena sama-sama belum dewasa dan siap memikul tanggung jawab sebagai orang tua. Selain itu, pasangan muda terutama pihak perempuan, akan sangat dibebani oleh berbagai perasaan yang tidak nyaman, seperti dihantui rasa malu yang terus menerus, rendah diri, bersalah atau berdosa, depresi atau tertekan, pesimis dan lain-lain.

2)   Mengakhiri Kehamilan (aborsi)
Bila kehamilan diakhiri dengan aborsi bisa mengakibatkan dampak negatif. Secara psikis pelaku aborsi seringkali mengalami perasaan-perasaan takut, panik, tertekan atau stress, trauma mengingat proses aborsi dan kesakitan, kecemasan karena rasa bersalah atau dosa akibat aborsi.
·      Wanita Dewasa/Ibu yang Sudah Menikah
Seseorang ibu yang tidak menghendaki kehadiran anak disebabkan karena mereka akan mengganggu karirnya, karena akan  membuatnya terikat atau karena ia sudah terlampau sibuk merawat anak-anak yang lain. Selain itu mereka merasa tak dapat membagi waktu antara kesibukan pekerjaan dengan merawat anak. Penyebab terjadinya KTD pada wanita/ibu yang telah menikah antara lain karena kegagalan alat kontrasepsi yang dipakai..
2.    Tanda dan gejala gangguan psikologis pada wanita dengan kehamilan yag tidak dikehendaki
a.    Pada kehamilan yang tidak dikehendaki, wanita merasa bahwa janin yang dikandungnnya bukanlah bagian dari dirinya dan berusaha untuk mengeluarkan dari tubuhnya melalui tindakan seperti aborsi.
b.    Beberapa wanita bersikap katif-agresif , mereka sangat marah dan dendam pada kekasih dan suaminya yang merasa sanggup menanggung konsekuensi dari tindakannya. Selain itu, calon bayinya dianggap sebagai beban dan malapetaka bagi dirinya.
3.    Pengelolaan gangguan psikologis pada wanita dengan kehamilan yang tidak dikehendaki
Penanganan dalam masalah ini tidak jauh berbeda dengan penanganan pada kehamilan di luar nikah.Perbedaannya hanya pada teknik konselingnaya-karena kehamilan ini terjadi pada wankta yang telah menikah- yaitu dengan konseling pasangan.

E.   Gangguan psikologis pada kehamilan dengan keguguran
1.    Konsep keguguran / abortus
Abortus spontan adalah suatu keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup sendiri di luar uterus (berat 400-1.000 gram atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu), sedangan abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis
2.    Faktor penyebab abortus
a)    Kemiskinan atau ketidakmampuan ekonomi.
b)   Ketakutan terhadap orang tua.
c)    Moralitas sosial.
d)   Rasa malu dan aib.
e)    Hubungan cinta yang tidak harmonis.
f)    Pihak pria yang tidak bertanggung jawab.
g)   Kehamilan yang tidak diinginkan.
3.    Tanda dan gejala gangguan psikologis pada abortus
a)    Reaksi psikologis wanita terhadap keguguran bergantung pada konstitusi psikisnya sendiri.
b)   Menimbulkan Sindrom Pasca-abortus yang meliputi menangis terus-menerus , depresi berkepanjangan, perasaan bersalah, ketidakmampuan untuk memaafkan diri sendiri, kesedihan mendalam, amarah, kelumpuhan emosional, problem atau kelainan seksual, kekacauan pola makan, perasaan rendah diri, penyalahgunaan alcohol dan obat-obatan terlarang, mimpi-mimpi buruk dan gangguan tidur lainnya, dorongan untuk bunuh diri, kesulitan dalam relasi serangan gelisah dan panik, serta selalu melakukan kilas balik.

4.    Pengelolaan Gangguan Psikologis Pada Wanita Pasca-abortus
Sindrom Pasca-abortus berada dalam kategori “kekacauan akibat stress pasca-trauma”. The American Psychiatric Assosiation (APA) menjelaskan bahwa kekacauan akibat stress paca-trauma terjadi apabila orang mengalami suatu peristiwa yang melampaui batas pengalaman manusia biasa, di mana pengalaman ini hampir dipastikan akan mengguncangkan jiwa siapa saja. Sindrom pasca-abortus ditangani dengan konseling kejiwaan dan psikologis, namun demikian penyembuhan secara rohani juga diperlukan.Pada dasarnya, terapi konseling untuk wanita post-aborsi tidak jauh berbeda dengan konseling karena kehilangan, dimana dalam konseling ini harus memperhatikan setiap fase dalam penerapannya.

F.   Gangguan  Psikologi pada Kehamilan dengan Janin Mati
     Hamil dengan janin mati adalah kematian janin dalam kandungan yang disebabkan oleh beberapa hal yaitu Kurang gizi, stress yang berkepanjangan dan infeksi yang tidak terdiagnosa sebelumnya.
1.    Tanda dan Gejala Gangguan Psikologis pada Kehamilan dengan Janin  Mati
Ibu dan bayi yang meninggal pada periode perinatal akan mengalami kesedihan yang mendalam. Selama kehamilan mereka telah mulai mengenali dan merasa dekat dengan bayinya. Ibu yang mengalami proses kehilangan/kematian janin dalam kandungan akan merasakan kehilangan. Pada proses berduka ini, ibu memperlihatkan perilaku yang khas dan merasakan reaksi emosional tertentu, yang dapat dikelompokkan dalam berbagai tahapan berikut.
a.    Menolak (denial). Ketika disampaikan janinnya mati,reaksi ibu pertama kali adalah syok dan menyangkal bahwa janinnya telah mati.
b.    Marah (anger). Beberapa ahli menyebutkan ini sebagai tahap pencarian.Orang tua/ibu marah, mengapa bayinya sampai bisa meninggal.
c.    Tawar-menawar ( bargaining). Dalam fase ini ortu/ibu akan mulai menawar, seandainya bayinya tidak meninggal ia akan melakukan hal tertentu asal bayinya tetap hidup.
d.    Depresi ( depression). Emosi predominan dalam fase ini adalah kesedihan berduka diiringi dengan kehilangan, mereka menolak dan menarik diri, orang tua mungkin akan mengalami kesulitan untuk kembali ke kehidupan normal sehari-hari.
e.    Menerima (acceptance). Fase akhir dari berduka meliputi penerimaan rasa kehilangan dan kembali ke aktivitas normal sehari-hari.Hal yang sangat personal ini membutuhkan waktu berbulan-bulan.
2.    Pengelolaan gangguan psikologis pada kehamilan dengan janin mati
Dalam memberikan bantuan dan konseling pada ibu dengan janin mati harus disesuaikan dengan fase dimana ia berada. Dengan memperhatikan hal itu diharapkan bantuan yang diberikan adalah bantuan yang tepat,bukan bantuan yang justru membuat keadaan semakin kacau.


G.  Gangguan Psikologis pada Kehamilan dengan Ketergantungan Obat
Kehamilan dengan ketergantungan obat didefinisikan sebagai kondisi suatu kehamilan, dimana terdapat pola penggunaan zat psikoaktif dan zat lain yang memiliki implikasi berbahaya bagi wanita dan janinnya atau bbl (Varney,2007).

    Tanda dan gejala gangguan psikologis pada kehamilan dengan ketergantungan obat
a.    Wanita dengan ketergantungan obat cenderung memiliki angka depresi, kepanikan, dan   fobia yang lebih tinggi dari pria, sehingga jika ia dalam masa kehamilan akan memberikan dampak buruk bagi janinnya.
b.    Wanita dengan ketergantungan obat merasa dirinya tidak hamil, sehingga ia cenderung mengingkari kehamilannya.
c.    Wanita hamil dengan ketergantungan obat sangat beresiko terlambat dalam melakukan perawatan prenatal. Mereka enggan berinteraksi dengan system perawatan kesehatan, terutama jika mereka mereka menggunakan obat-obatan terlarang yang menyebabkan meraka ketakutan terhadap implikasi hukum.
d.    Terdapat perasaan berdosa dalam dirinya karena kehamilannya, sehingga takut bayi yang ia kandung juga akn mengalami hal seperti dirinya.
e.    Bagi wanita dengan adiksi yang tidak mau bergerak ke siklus pemulihan, setiap kekhawatiran pada bayinya mungkin dikesampingkan oleh kekhawatirannya mendapatkan obat.
f.     Adakalanya kehamilan menjadi katalis untuk memulai siklus pemulihan pada wanita dengan ketergantungan obat.
Penanganan Gangguan Psikologis pada Kehamilan dengan Ketergantungan Obat
a.    Ketergantungan obat merupakan suatu kondisi yang tercipta karena adanya pengaruh lingkungan dan factor kebiasaan
b.    Dalam penanganan permasalahan ini perlu dilakukan konseling dengan pendekatan behavioristik, dimana konselor membantu klien untuk belajar bertindak dengan cara-cara yang baru dan pantas, atau membantu mereka untuk memodifikasi atau mengeliminasi tingkah laku yang berlebih dan maladatif
c.    Tujuan dari konseling yang diberikan adalah untuk mengubah tungkah laku yang maladatif dsn belajar tingkah laku yang lebih efektif. Memfokuskan pada faktor-faktor yang memepengaruhi tingkah laku dan menemukan cara untuk mengatasi tingkah laku yang bermasalah. Dalam hal ini bidan harus mampu untuk mengubah tingkah laku maladatifnya, yang tentunya melalui tahapan-tahapan dan proses yang kontinu.
d.   Riwayat  pasien yang lengkap dengan pertanyaan secara spesifik sangat penting diperoleh bertujuan mendeteksi penyalahgunaan zat, sehingga akan dapat diperoleh factor-faktor yang mempengaruhi ketergantungan obat pada wanita tersebut. Bidan harus mengerti bahwa wanita sering kali menggunakan lebih dari 10 zat, contohnya, wanita yang menggunakan sedatif mungkin  juga menggunakan stimulasi
e.    Bidan harus mampu memberikan penguatan/reinforcement dan terus memberikan dukungan pada wanita dalam setiap tahap perubahan tingkah laku pemulihannya, dan juga menanamkan pengertian akan berharganya sang buah hati, yang dapat mendorong wanita untuk melakukan proses pemulihan. Bidan harus memberikan dukungan kontinu pada wanita saat melakukan pemulihan dan pola kekambuhan adiksi.
f.      Jadilah pendengar yang baik bagi wnaita dengan ketergantungan zat, karena sering kali penerimaan yang baik menimbulkan kepercayaan dan rasa tenang bagi wanita.
g.    Dengan perawatan yang terus-menerus,bidan dapat bekerja untuk meminimalkan komplikasi ibu dan janin, mendorong pengurangan zat dan mendukung siklus pemulihan.
h.    Bidan perlu berkolaborasi dengan tim kesehatan yang lain dalam proses pemulihan , yaitu dengan perawat, dokter, dan psikolog, serta melibatkan keluarga dalam proses pemulihan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar