KATA PENGANTAR
Terima kasih dan rasa syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME atas segala
karunia Nya, Sehingga penulisan Makalah Psikologi Klinik untuk program studi
DIII Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta ini dapat
terlaksana dengan baik.
Makalah ini membahas tentang gangguan psikologi pada masa persalinan .
Diharapkan dapat memperoleh pemahaman yang sinergis serta pengetahuan yang
lebih tentang pengaplikasian di kehidupan sehari-hari.
Untuk memperlancar proses pembelajaran harapan kami semoga Makalah
Psikologi Klinik ini dapat memberikan kontribusi positif bagi pendidikan ilmu
kesehatan di lingkungan Universitas Respati Yogyakarta. Kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah mendukung pembuatan Makalah Asuhan
Kebidanan. Hal tersebut juga tidak luput dari segala kekurangan, oleh karena
itu kami sangat terbuka dengan masukan ,saran, dan kritik yang konstruktif bagi
perbaikannya .
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
..................................................................................................... i
Daftar Isi ..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
.................................................................................................... 1
B.
Tujuan
.................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi
Gangguan Psikologi Masa Persalinan .................................................... 2
B. Masa
Persalinan
................................................................................................... 4
C. Peran
Bidan Dalam Mengatasi Gangguan Psikologi Masa Persalinan ............... 9
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
.......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
..................................................................................................... 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Latar belakang timbulnya penyakit dan komplikasi
dapat dijumpai dalam berbagai tingkat ketidakmatangan dalam perkembangan
emosional dan psikoseksual dalam rangka kesanggupan seseorang dalam
menyesuaikan diri dengan situasi tertentu yang sedang dihadapi, dalam hal ini
khususnya ibu pada masa persalinan. Karena rasa nyeri dalam persalinan sejak
zaman dahulu sudah menjadi pokok pembicaraan diantara wanita, maka banyak calon
ibu yang menghadapi persalinan dengan perasaan takut dan cemas. Tidaklah mudah
untuk menghilangkan rasa takut yang sudah berakar dalam itu, akan tetapi dokter
dan bidan dapat membantu para wanita yang dihinggapi perasaan takut dan cemas.
Dokter dan bidan harus juga menumbuhkan rasa percaya diri dari ibu hamil
tersebut bahwa bidan dapat mendampingi ibu saat bersalin. Perubahan psikologis
keseluruhan seorang wanita yang sedang mengalami persalinan sangat bervariasi,
tergantung pada persiapan dan bimbingan antisipasi yang ibu terima selama
mengahadapi persalinan.
B. TUJUAN
Memenuhi Tugas mata kuliah Psikologi Klinik dalam
kebidanan:
·
Mahasiswa mengetahui pengertian gangguan psikologi pada masa persalinan
·
Mahasiswa mengetahui Permasalahan-permasalahan yang terdapat pada masa
persalinan
·
Mahasiswa mengetahui Peran seorang bidan dalam mengatasi permasalahan
psikologi pada masa persalinan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A.
DEFINISI GANGGUAN PSIKOLOGI PADA MASA PERSALINAN
Saat menghadapi persalinan, terutama untuk wanita
yang baru akan memiliki anak pertama merupakan suatu pengalaman baru dan
merupakan masa-masa yang sulit bagi seorang wanita. Tidak mengherankan, jika
seorang calon ibu yang akan melahirkan pertama kali diselimuti perasaan takut,
panik, dan gugup. Kecemasan yang terjadi pada wanita yang akan memiliki bayi,
umumnya disebabkan karena mereka harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan fisik
dan psikologis bayi yang banyak menyita waktu, emosi dan energi, sementara itu
seorang wanita tetap dibebani untuk mengurus kebutuhan rumah tangga. Pada saat
cemas individu akan sangat sulit untuk menyesuaikan diri baik dengan dirinya
sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Menjelang persalinan, banyak hal
mengkhawatirkan muncul dalam pikiran ibu. Takut bayi cacat, takut harus
operasi, takut persalinannya lama, dan sebagainya. Terlebih bila sebelumnya ada
teman atau kerabat yang menceritakan pengalaman bersalin mereka, lengkap dengan
komentar yang menyeramkan. Alhasil, bukannya tenang, ibu yang hendak melahirkan
jadi tambah cemas. Apalagi jika persalinan pertama. “Selain manusia tidak lepas
dari rasa khawatir, calon ibu tidak tahu apa yang akan terjadi saat persalinan
nanti. Jangankan persalinan pertama, persalinan yang kelima pun masih wajar
bila ibu merasa khawatir.”
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat
kecemasan yang dialami berbeda-beda untuk masing-masing individu. Kecemasan
menurut Syarif (2002) dikemukakan sebagai penyakit kecemasan yakni merasa
sempit dan penyakit ketakutan.
2
Yang juga diartikan sebagai perasaan sempit,
disertai dengan adanya kelainan pada anggota tubuh dalam melaksanakan fungsinya
seperti : detak jantung yang cepat, jiwa merasa sempit, tidak stabilnya alat
pencernaan, susunan syaraf dan otot, kacaunya aktivitas pengeluaran dari
berbagai kelenjar yang ada di dalam tubuh dan sebagainya. Kecemasan juga
mempunyai segi yang disadari seperti rasa takut, terkejut, tidak berdaya, rasa
dosa atau bersalah, terancam dan sebagainya. Juga ada segi-segi yang terjadi di
luar kesadaran atau tidak jelas, seperti orang merasa takut tanpa mengetahui
sebabnya ia menjadi takut dan tidak dapat menghindari perasaan yang tidak
menyenangkan itu. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya rasa takut, cemas
dan gelisah adalah diantaranya berkaitan dengan dukungan dari keluarga dan
mertua membuat individu merasa lebih diperhatikan dalam menjalani kehamilan.
Selain itu pengalaman pernah atau belum mengalami persalinan juga dapat memicu
stress psikologis bagi sang ibu. Misalnya, bagi ibu yang belum pernah
melahirkan atau dengan kata lain dia baru akan memiliki anak pertama, dia akan
merasa sangat cemas dan khawatir tentang seperti apa persalian itu, apakah
sangat menyakitkan, apakah sakitnya nanti lama atau tidak dan tentang kondisi
bayinya nanti apakah bayinya sehat dan normal atau tidak. Puncak kekhawatiran
muncul bersamaan dengan dimulainya tanda-tanda akan melahirkan. Kontraksi yang
lama-kelamaan meningkat menambah beban ibu, sehingga kekhawatiran pun
bertambah. Pada kondisi inilah perasaan khawatir, bila tidak ditangani dengan
baik, bisa merusak konsentrasi ibu sehingga persalinan yang diperkirakan
lancar, berantakan akibat ibu panik.
Kekhawatiran yang teramat sangat pun bisa membuat
otot-otot, termasuk otot di jalan lahir, bekerja berlawanan arah, karena
dilawan oleh ibu yang kesakitan. Akibatnya, jalan lahir menyempit dan proses
persalinan berjalan lebih lama dan sangat menyakitkan. Bahkan bisa sampai
terhenti.
3
Pengalaman melahirkan pertama kali memberikan
perasaan yang bercampur baur antara bahagia dan penuh harapan dengan
kekhawatiran tentang apa yang akan dialami semasa persalinan. Kecemasan
tersebut muncul karena bayangan tentang hal-hal yang menakutkan saat proses
persalinan, walaupun apa yang dibayangkan belum tentu terjadi. Situasi ini
menimbulkan perubahan drastis, bukan hanya fisik dan psikologis.
B. MASA
PERSALINAN
1. Tanda
– Tanda Fisik Persalinan
Idealnya ibu telah mengetahui tanda-tanda persalinan yang akan di
jalaninya. Dengan mengetahui proses itu setidaknya peran ibu dapat
mempersiapkan diri untuk menyambut peristiwa kehadiran bayi. Lalu apa
tanda-tanda persalinan yang harus di ketahui
ibu . . ?
· Kontraksi
rahim
Kontraksi merupakan tanda-tanda awal persalinan akan
segera datang dan bersifat teratur. Awal kontraksi muncul setiap 20 menit.
Selanjutnya kontraksi akan berlangsung lebih kuat dan semakin lama dan semakin
sering.
·
Keluarnya cairan ketuban
Cairan ini biasanya keluar beberapa saat setelah
kontraksi, biasanya terasa ada cairan bening yang cukup banyak yang membasahi
celana.
·
Munculnya bercak darah
Sebelum dan sesudah terjadinya kontraksi biasanya
akan munculbercak darah sebagai tanda menuju proses persalinan.
4
2.
Kondisi Psikologis Ibu Menjelang Persalinan
·
Perasaan takut mati
Sekali pun kelahiran merupakan peristiwa fisiologis
yang normal namun kenyataannya, persalinan selalu membawa resiko kematian,
persalinan juga di sertai adanya pendarahan dan kesakitan luar biasa. Peristiwa
ini menimbulkan ketakutan akan kematian baik dirinya atau bayinya. Ketakutan
primer adalah ketakutan yang mendalam menjelang kelahiran bayi. Ketakutan
menjadi intensif bila orang terdekat ikut panik atau gelisah akan kondisi
dirinya. Oleh karena itu, sikap menghibur dan melindungi dari suami dan
keluarga sangat di perlukan karena merupakan dukungan moril untuk mengatasi
konfilk batin, kegelisahan, dan ketakutan lainnya. Ketakutan primer biasanya
datang dengan ketakutan sekunder, seperti kurangnya dukungan suami atau kondisi
ekonomi sulit. Ketakutan akan kematian bisa di kurangi dengan mekanisme
pertahanan diri yang kuat, seperti persiapan mental menghadapi persalianan dan
menghindari konfilk yang serius.
·
Perasaan bersalah
Hal ini berkaitan dengan kehidupn emosi dan cinta
kasih yang diterima wanita dari ibunya. Selain itu juga, rasa bersalah
berkaitan dengan identifikasi yang di terima ibu hamil. Jika p roses
identifikasi menjadi proses yang salah, maka kemungkinan besar mengembangkan
mekanisme rasa bersalah atau berdosa kepada ibunya. Keadaan rasa bersalah atau
berdosa membuat ibu semakin lebih takut
pada kematian. Salah satu usaha yangdi lakukan ialah meminta ibunya untuk
selalu menemaninya sebelum, selama, dan pasca persalinan.
5
· Rasa
takut riel
Adalah rasa takut kongkret, seperti ketakutan
jikalau anak lahir cacat atau keadaan patologis, takut bayinya akan bernasip
buruk karena dosa-dosanya di masa silam, ketakutan akan beban hidup menjadi
berat, munculnya elemen-elemen takut yang sangat mendalam dan tak di sadari
kalau di pisahkan dengan bayinya dan perasaan takut kehilangan bayi atau rasa
perpanjangan rasa takyt sebelumnya.
· Trauma
kelahiran
Biasanya berhubungan dengan ketakutan untuk berpisah
dengan anak dari rahimnya, sehingga ada rasa takut dan keengganan yang
berlebihan untuk melahirkan banyinya.
Ketakutan ini muncul karena sikap ibu yang
berlebihan melindungi bayinya , merasa tidak mampu menjaga bayi di luar rahim, ketakutan
meniggalkan bayi dari sisinya seolah-olah tak mampu menjamin keselamatan
bayinya. Analogi trauma genital semacam ini merupakan bentuk gangguan seksual
neurotis.
·
Halusinasi hipnagogik
Di antara kontraksi kontraksi yang di sertai jug
selalu be rlansung interval istrahat,
yaitu waktu selang tidak meraskan sakit. Dengan mendekatnya saat-saat kelahiran
Bayi,
periode interval istirahat semakin pendek dan saat itu biasanya ibu bisa tidur
sebentar ( tidur semu ). Saat tidur semu inilah ibu hamil mengalami mimpi dan
halusinasi hipnagogik. Halusinasi hipnagogik adalah gambaran – gambaran tanpa
di sertai perangsang yang adekuat (cocok,pas) yang berlangsung saat setengah
tidur dan setengah jaga. Selama interval rileks ini akan bermunculan konfilk –
konfilk batin, tendensi psikis yang tak
terselesaikan masih mengganggu, dan ketenanganan yang mengganggu kelahiran.
6
3. Reaksi
Sikap Ibu Menantikan Kelahiran
Secara umum tipe-tipe reaksi ibu hamil menjelang
kelahiran yaitu:
· Pasif
secara total
Memiliki ciri sejak awal dia menerima kehamilan dan
proses persalinan itu adalah normal, tidak cemas dan dia tidak terlalu takut
mendengar nasihat atau sugesti dari bidan atau dokter.
Namun ketika merasakan sakit yang sesungguhnya, dia
akan menjadi marah, tidak sabaran dan selalu menuntut segera kehadiran bidan
atau dokter.
·
Hiperpasif
Selama masa kehamilan bumil sama sekali tidak
menyadari kehamilannya sudah matang, tidak mau bertanggung jawab segala
perubahan yang terjadi selama hamil dan merasa diperutnya ketepatan ada janin.
Dia merasa tidak perlu mengetahui mendetail mengenai kehamilannya karena
dianggap tidak berguna. Semuanya ini merupakan urusan dari suami ataupun ibunya
dia masih senang berprilaku seperti anak-anak dan memusatkan minat pada bentuk
ketakutan dan bentuk kesakitan jasmani. Bentuk tingkah laku dari wanita
hiperpasif adalah: selalu bergantung penuh pada ibu atau pengganti ibunya,
menyuruh suaminya melakukan tugas-tugasnya tingkah laku infantil (anak-anak)
dan banyak mengeluh, jika hamilnya sudah matang dia tidak sadar, kelahiran
dianggapnya sebagai peristiwa menakjubkan (magis), merasa tidak taktut mati,
dan mengharpkan ibunya terus menemani dirinya.
· Pasif
menyerah
Ciri wanita pasif menyerah biasanya tidak mammpu
atau malas bekerja sama sehingga memperlambat proses melebarnya rahim dan
saluran vagina.
7
Kondisi ini menyebabkan kontraksi-kontraksi menjadi
lemah. Bahkan berhenti secara total proses persalinan dan macet total. Biasanya
keadaan ini harus di bantu dengan proses pembedahan caesar.
· Aktif
secara total
Wanita aktif ialah kebalikan dari wanita pasif
secara total dan di tandai dengan semakin tingginya tingkat kegelisahannya
saat-saat mendekati proses persalinan dan meningkatkan berbagai macam aktivitas sehari-hari. Semua
kegelisahan dan implus-implus untuk terus aktif biasanya di rasionalisasikan
sebagai satu metode untuk mempersingkat penantianya dalam persalinan.
·
Hiperaktif total
Wanita yang hiperaktif secara total atau sangat
aktif yang berlebihan biasanya mereka akan berusaha melepaskan diri dari ritme
kelahiran normal. Ia berupaya mengatur sepenuhnya irama kontraksi –
kontraksi rahim.
·
Hipermaskulin
Merupakan tipe wanita yang bersifat kejantanan
ekstrim dan sejak semula kehamilannya selalu berubah – ubah antara keinginan
instingtif untuk memiliki anak dengan ke engganan memiliki anak, karena di
anggap mengganggu atau menghambat karirnya. Kehidupan emosinya senantiasa di
goyah perasaan kerinduan dan kebencian terhadap anak. Kedua gejala ini memuncak
menjadi suatu gejala neurotis yang obsesif. Dampak buruk dari sikap
hipermaskulin yaitu tidak memiliki kepercayaan diri, sering mengalami gangguan
syaraf, dan sakit di epal atau migren, sering mengalami-mengalami konfilk
batin, dan mengalami konfilk hipermaskulin dan feminitasnya.
8
·
Kompleks maskulin
Merupakan tipe wanita yang menganggap bahwa
persalinan itu adalah tugas penghinaan, di paksakan oleh alam, sebagai ketidak
adilan, pembalasan, sikap menolak penderitaan, dan kesakitan melahirkan bayi,
menuntut kelahiran operasi, memaksa bidan atau dokter untuk merawat sepenuhnya dan secepat mugkin
persalinan, dan menuntut berbagai fasilitas lain dalam proses persalinannya.
C. PERAN
BIDAN DALAM MENGATASI GANGGUAN PSIKOLOGI PADA MASA PERSALINAN
Pendekatan komunikasi terapeutik pada ibu dengan
gangguan psikologi yang berhubungan dengan persalinan. Kegiatan komunikasi
terapeutik pada ibu melahirkan merupakan pemberian bantuan pada ibu yang akan
melahirkan dengan kegiatan bimbingan proses persalinan.
a. Tujuan
komunikasi terapeutik pada ibu dengan gangguan psikologi saat persalinan :
Ø Membantu
pasien memperjelas serta mengurangi beban perasaan dan pikiran selama proses persalinan.
Ø Membantu
mengambil tindakan yang efektif untuk pasien
Ø Membantu
mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri untuk kesejahteraan
ibu dan proses persalinan agar dapat berjalan dengan semestinya.
Ø Pendekatan
komunikasi terapeutik pada ibu dengan gangguan psikologi saat persalinan
Ø Menjalin
hubungan yang mengenakkan (raport) dengan klien. Bidan menerima klien apa
adanya dan memberikan dorongan verbal yang positif.
-
Kehadiran
Kehadiran merupakan bentuk tindakan aktif ketrampilan
yang meliputi mengatasi semua kekacauan/kebingungan, memberikan perhatian total
kepada klien. bidan dalam memberikan pendampingan klien yang bersalin
difokuskan secara fisik dan psikoligis.
9
Bidan juga harus memastikan bahwa klien mempunyai
pendamping yang disukai. Pendamping yang mendukung , dapat membantu klien
berani menghadapi ketakutan dan rasa sakit, serta menghilangkan rasa kesepian
dan stres. Bila memungkinkan anjurkan pendamping untuk mengambil peran aktif
dalam asuhan. Pendamping dimintai agar duduk dibagian atas tempat tidur untuk
memberi kesempatan pendamping menunjukan perhatian serta kasih sayang kepada klien
tersebut.
-
Mendengarkan
Bidan selalu mendengarkan dan memperhatikan keluhan
klien.
-
Sentuhan dalam pendampingan klien yang bersalin
Komunikasi non verbal kadang-kadang lebih bernilai
dari pada kata-kata. Sentuhan bidan terhadap klien akan memberikan rasa nyaman
dan dapat membantu relaksasi, misalnya: ketika muncul his, klien merasa
kesakitan, kemudian bidan memberikan sentuhan dan usapan pada bagian lumbalis
klien. Hal tersebut akan memberi rasa nyaman pada klien.
-
Memberikan informasi tentang kemajuan persalinan
Hal ini diupayakan untuk memberi rasa percaya diri
bahwa klien dapat menyelesaikan persalinan.Pemahamanmengenai situasi dan
penatalaksanaannya dapat mengurangi kecemasan dan dapat mempersiapkan diri
untuk menghadapi apa yang terjadi selanjutnya. Misalnya, bidan menggunakan
kata-kata yang dapat memberikan gambaran kemajuan persalinan “bu, sekarang
jalan lahirnya sudah mulai membuka, setelah pembukaan mencapai 10 cm nanti ibu
boleh meneran kalau merasa sakit atau ingin buang air besar”. Memandu
persalinan dengan memandu instruksi khusus tentang bernafas, berelaksasi dan
posisi postur tubuh. Misalnya, bidan meminta klien ketika ada hiks untuk
meneran, “bu, kalau perut kencang, ibu berpegangan pada suami atau pada saya
lalu ibu meneran seperti buang air besar”. Ketika hiks hilang bidan mengatakan
“silahkan ibu bernapas panjang dan rileks”.
-
Mengadakan kontak fisik dengan klien
Kontak fisik dapat dilakukan dengan menggosok
punggung , memeluk dan menyekat keringat serta membersihkan wajah klien.
10
-
Memberikan pujian
Pujian diberikan kepada klien atas usaha yang telah
dilakukannya. Misalnya, bidan mengatakan “ibu pintar sekali menerannya,
sebentar lagi putranya akan lahir”.
-
Memberikan ucapan selamat pada klien atas kelahiran putranya dan
menyatakan ikut berbahagia.
Komunikasi terapeutik pada ibu dengan gangguan
psikologi saat persalinan dilaksanakan oleh bidan dengan sikap sebagai orangtua
dewasa, karena suatu ketika bidan harus memberi nasehat dan suatu saat bidan
harus memberikan pertimbangan.
11
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari pembhasan yang telah kami buat dapat
disimpukaln setiap proses persalinan normal akan trjadi perubahan yang cukup
signifikan mulai dari tekanan darah, suhu denyut jantung, kontraksi uterus,
ketuban pecah, terbentuknya segmen atas dan bawah rahim. Selain perubahan
fisiologis juga terjadi perubahan psikologis diantaranya ibu merasa cemas dan
takut, takut persalinannya tidak normal, apakah bayi yang akan dilahirkan
baik-baik saja. Hingga kegangguan psikologi yang berat. Tentu pada klien yang
satu dan yang lainnya tidaklah sama.
Oleh karena itu peran kita sebagai bidan membantu
dan mendampingi klien kita dalam persalinan, jika terjadinya gangguan
psikologis misalnya ibunya ketakutan kita dapat membantu dengan komunikasi
terapeutik. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang mendorong proses
penyembuhan klien. Dalam pengertian lain mengatakan bahwa komunikasi terapeutik
adalah proses yang digunakan oleh bidan memakai pendekatan secara sadar dan
dipusatkan pada klien.
12
DAFTAR PUSTAKA
Suryani, Eko dan Widayasih, Hesty.2008.Psikologi Ibu
dan Anak. Fitramaya. Yogyakarta.
Pieter, Herri Z dan kawan-kawan.2010.Pengantar
Psikologi untuk Kebidanan. Kencana Predana Media Group. Jakarta.
www.ibudanbalita.net
www.scribdpsikologismasapersalinan.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar